- Aspek pembangunan, lahan kosong
- Aspek pemeliharaan
- Aspek pemungutan hasil yang berkelanjutan
- Silvikultur merupakan bagian penting (tulang punggung) dalam pengelolaan hutan produksi dan kegiatan rehabilitasi hutan lainnya
- Dasar silvikultur : ekologi hutan (tanah, iklim dan bista) dan silvika (vegetasi hutan)
- Harus ada unsure rekayasa dengan pertimbangan ekologi, social dan ekonomi
- Semua pengelolaan hutan berorientasi penghasil kayu, perkembangan terakhir adalah multi manfaat (Kayu, palintan dan air, iklim dan estetika)
Elemen Hutan
- Lahan-area lahan = area tanah = volume
- Iklim : makro, meso dan mikro
- Biota : flora dan fauna
Lingkungan social : termasuk pertimbangan, mengelola hutan (berbeda misalnya : di Aceh tidak sama dengan di Kalimantan, dst)
Lingkungan ekonomi : mata pencaharian / penghasilan berbeda
Pohon penghasil madu ; Kempassia mallaeensis
Teknik (praktek) silvikultur :
1. Regenerasi / rehabilitasi tegakan hutan
- Pengadaan bahan tanaman
- Penyiapan lahan
- Penanaman
- Pemeliharaan awal
Dalam suatu system silvikultur, semua kegiatan tersebut dilaksanakan namun dengan kombinasi dan intensitas berbeda.
2. Pemeliharaan tegakan hutan
- Pembersihan gulma (gulma wedding)
- Perapihan (herba, tan pioneer) cleaning
- Pemupukan lanjutan
- Pembebasan → pohon yang menaungi daripada tanaman pokok (hibration cutting)
- Penjarangan (thinning)
Tidak semua aktivitas pemeliharaan hutan harus dilaksanakan, ini tergantung kondisi tegakan dan kondisi lingkungan lainnya.
3. Penebangan (pilih) tegakan hutan
- Tebang Pilih
- Tebang Jalur
- Tebang Habis Permudaan Alam
- Tebang Rumpang
- Tebang Penyelamatan
Rumpang : gap cutting, tebang membuat rumpang (areal bibit, pohon-pohon yang disisakan untuk dijadikan bibit untuk mendapatkan permudaan alami
- Pemupukan
- Rotasi jenis
- Rekayasa genetic
Keuntungan silvikultur (praktek) :
1. Pengendalian komposisi tegakan
Tujuan silvikultur : membatasi komposisi jenis-jenis / species yang paling cocok tumbuh pada tempat itu, dipandang dari segi ekonomi maupun biologinya
- Cara terpenting untuk mengawasi susunan jenis adalah mengatur kekerasan / intensitas penebangan
2. Pengendalian kerapatan tegakan
Mengatur dan memperbaiki kuantitas dan kualitas kayu yang dihasilkan
Tujuan silvikultur : menumbuhkan dan meningkatkan pertumbuhan tegakan hutan dengan cara memanipulasi sasaran
a. Komposisi jenis
b. Kerapatan tegakan
c. Struktur tegakan
Silvikultur : - Teknik
- Sistem
Tekhnik dan system isinya metode regnerasi, metode pemeliharaan tegakan, metode pemanenan
Pengelolaan lahan pertanian (luas) :
- Pertanian
- Perkebunan
- Perikanan
- Perhutanan
Sistem silvikultur yang baik bukan dipilih tetapi dirumuskan sebagai suatu cara pemecahan masalah dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan vegetasi awalnya.
Sasaran silvikultur :
- Komposisi
- Kerapatan
- Struktur
Struktur tegakan adalah distribusi kelas diameter
Perumusan system silvikultur harus dimulai dengan analisis ekologi, ekonomi, social yang akan mempengaruhi produksi / pertumbuhan tegakan.
Sistem silvikultur :
1. Berdasarkan kondisi lapangan
2. Taksiran berlaku umum (azas tunggal)
3. Site special
4. Formulasi teknik
- Berdasarkan pertimbangan lingkungan
- Sosial
- Ekonomi
Sistem silvikultur yang baik seharusnya dapat memenuhi beberapa tujuan :
- Keharmonisan dengan tujuan dan karakter kepemilikan
- Kemampuan dan karakteristik reproduksi
- Efisiensi lahan penanaman
- Pengawasan terhadap agen-agen perusak tegakan
- Kemampuan kelestarian produksi / hasil
- Penggunaan optimum modal berupa hutan
- Pemusatan dan efisiensi pengatur
Ekonomis :
- Biaya regenerasi
- Biaya pemeliharaan
- Biaya penebangan
- Biaya transfortasi
- Biaya produksi
- Biaya administarsi, dll
Sistem silvikultur meliputi :
- Teknik regenerasi
- Teknik pemeliharaan
- Teknik penebangan
- Daur (periode rotasi)
- Pengaturan produksi
- Perlindungan (hama, kebakaran dll)
- Pengamanan
- Pengaturan wilayah
Sistem silvikultur : proses (kumpulan tindakan) dimana suatu tegakan hutan dipanen (ditebang), direproduksi dan dipelihara sehingga berperan untuk suatu produksi hasil hutan tertentu (kayu dll)
Dalam komposisi tegakan silvikultur dan intensitas yang berbeda.
A. Komposisi Jenis
1. Hutan sejenis
a. Contoh : Hutan jati, agathis, tusam, mahoni, dll
b. Hutan sejenis bias alami dan buatan
c. Keuntungan :
- Produksi tinggi
- Manajemen sederhana
- Pemanfaatan lahan efisien
d. Kerugian
- Rentan terhadap penyakit dan kebakaran
- Rotasi berikutnya perlu tambahan infut
- Lahan menjadi kurus
2. Hutan campuran
a. Contoh : Hutan Dipterocarpaceae, Hutan Rawa
b. Umumnya alami dengan jenis lebih dari dua .
Hutan campuran buatan dengan komposisi 2 – 3 species
c. Keuntungan
- Kerusakan lingkungan minimum
- Sumber kekayaan genetic
- Tahan terhadap penyakit
d. Kerugian
- Produksi rendah
- Manajemen sulit
B. Kerapatan tegakan
- Kerapan tegakan adalah factor terpenting kedua sesudah kualitas tapak dalam menentukan produktivitas lahan
- Kerapatan dapat dimanipulasi dengan tindakan penjarangan
- Diekspresikan dalam jumlah batang, basal area atau volume / Ha
- Ada dua istilah berbeda :
a. Stocking : indikasi subjektif kerapatan yang ada
b. Kerapatan : Jumlah batang ideal yang diinginkan
- Kerapatan berdasarkan jumlah pohon menjadi menurun
Kerapatan berdasarkan volume menjadi meningkat
C. Struktur tegakan
- Tidak sama dengan struktur tajuk : lapisan A,B,C dan D
- Penting bagi pengelolaan dengan system TPTI
- Berhubungan dengan distribusi kelas umur / diameter atau kelas tajuk (dominant, kodominan, menengah, tertekan)
Sistem silvikultur adalah proses (kumpulan tindakan) dimana suatu tegakan hutan dipanen (ditebang), direproduksi dan dipelihara sehingga berperan untuk suatu produksi hasil hutan tertentu (kayu, dll)
Klasifikasi system silvikultur :
Metode produksi (yang berkaitan dengan metode pemanenan)
Sistem Silvikultur utama di Indonesia:
1. Sistem Tebang Habis
- THPB
- THPA
- HTI
2. Sistem Tebang Pilih
- TPTI
- Tebang Rumpang
- Bina Pilih
- TJTI
Sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) banyak diilhami oleh :
1. Philipine Selective Cutting System
2. Malayan Generation Improvemen System
3. Malayan Uniform System
Faktor yang mempengaruhi pulihnya suatu vegetasi adalah :
- Tingkat kerusakan (berat, sedang, ringan)
- Kondisi vegetasi awal
- Pragmentasi luasan
- Agen perusak (kebakaran, logging, perladangan, hama dan penyakit)
- Kondisi vegetasi sekitar
- Alat yang dipakai (traktor , manual)
- Jarak vegetasi sekitar
- Komposisi vegetasi sekitar
- Arah sumber biji
- Topografi
- Jenis tanah/habitat (kerangas, rawa dll)
- Iklim (curah hujan, temperatur, angin)
- Frekuensi perusakan (pengulangan perusakan)
- Intervensi manusia (±)
- Hutan Perawan : Hutan yang belum terintervensi pengelolaan / pemanenan yang mengganggu secara ekologis.
- Hutan Primer : Produk daripada suksesi primer dan tidak selalu dalam kondisi klimaks
- Hutan Klimaks : - Riap ± Nol
- Keseimbangan biologis / ekologis
- Tidak semua berupa hutan
- Internal charges
Suksesi primer : suksesi yang diawali dari habitat yang steril
Habitat steril : Habitat yang tidak terdapat biota
Suksesi :
- Tingkat pioneer
- Tingkat sekunder muda
- Tingkat sekunder tua
- Tingkat klimaks
Formulasi Sistem Silvikultur
Sistem Silvikultur di Indonesia :
1. Tebang Pilih Selective Cutting (TP)
2. Tebang Habis Permudaan Alam (THPA)
3. Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB)
TP THPA THPB
I. Lingkungan
- Vegetasi
- Lahan
- Iklim
- Fauna
II. Sosial
- Tenaga Kerja
- Keamanan
Wilayah
- Kontribusi
terhadap masyarakt local/interelasi
terhadap msy
(eksternal)
III. Ekonomi
- Internal
* Biaya pnb
* Biaya png
* Biaya bhn
tanaman
* Biaya Pml
* Nilai Prod
a. Komposisi campuran
b. Komposisi niagawi
cukup ekonomis
c. Struktur tegakannya J
terbalik
d. Produksi bibit mempunyai
Durasi 1-5 thn
a. Tofografi 0-25 % bahkan lebih (persyaratan hutan produksi)
b. Jenis tanah tidak sempurna kurang rawan terhadap erosi
c. Memungkinkan untuk regenerasi (tanah subur)
a. Curah hujan Q=2000 s/d 4000
a. Tidak ada persyaratan habitat
b. Makanan masih keanekaragaman
a. Jumlah sedikit
b. Kualitas baik
a. Kurang rawan
a. Relatif
±
* (kecil)
Murah
±
+
a. Komposisi campuran
b. Komposisi niagawi cukup ekonomis
c. Struktur tegakannya J terbalik
d. Produksi bibit mempunyai Durasi 1-5 thn
c. Tofografi 0-25 %
d. Jenis tanah tidak sempurna kurang rawan terhadap erosi
b. Memungkinkan untuk regenerasi
a. Q= 2000 s/d 4000
a. Tidak ada persyaratan habitat
b. Makanan masih beraneka ragam
a. Agak banyak
b. Baik
a. Kurang rawan
a. Relatif
±
** (agak besar)
Murah
±
++
b. Komposisi bisa campuran atau tidak bervegetasi
a. Tofografi 0-15 % yang diijinkan
b. Tanah tidak rawan erosi
c. Perlu ada input teknis (walau dalam keadaan ekstrim perlu incluve)
a. Lebih disukai antara 500 – 1500 tapi bias juga dengan tinggi tapi harus dengan usaha konservasi
a. Cek jenis-jenis yang dilindungi, cek jenis-jenis langka
a. Banyak
b. Pendidikan dasar
a. Rawan
a. Relatif (±)
± (relatif)
**** (besar)
Mahal
± (relatif)
++++ (sangat besar)
Riap menentukan → panjang pendek rotasi baik itu riap tegakan / riap pertumbuhan pohon
Penentuan penelitian rotasi yang bagus harus satu rotasi tebang
Sistem Silvikultur Tebang Habis
Pertimbangan Sistem Silvikultur Tebang Habis :
4. Vegetasi asli (tegakan sisa) tidak bernilai ekonomis
5. Jenis tanah tidak sensitive terhadap erosi
6. Topografi lahan relative datar
7. Mudah didapat jenis permudaan yang toleran terhadap sinar penuh
Erodibility → Tanah
Erosivity →Curah Hujan
Light toleran. Spc (jenis Meranti)
Light demanding. Spc
Keuntungan Sistem Silvikultur Tebang Habis :
1. Mudah dikontrol dari segi waktu dan ruang
Rotasi tertentu dengan blok tebangan yang jelas
2. Administrasi pengelolaan dan operasi silvikultural yang sederhana dan efisien
3. Alat dan cara pemanenan yang mudah dipilih tanpa harus memikirkan akibatnya terhadap tegakan tinggal
4. Persiapan lapangan yang mudah terkonsentrasi dan tidak berpencar
5. Tidak ada pemilihan dan penandaan pohon
Kerugian :
1. Kegagalan pemanenan berakibat pengulangan total
Ini sulit tanpa didukung persediaan biji yang cukup
2. Rentan terhadap bahaya penyakit dan kebakaran
3. Kerusakan tegakan mudah diinvasi jenis pionir
4. Pemilihan jenis hanya yang tahan cahaya
5. Mudah terjadi erosi dan penurunan kualitas tapak pada rotasi berikutnya. Kelelahan tanah (soil tatique)
6. Kehilangan nilai keindahan dan biodiversity
7. Tidak baik pada tofografi lebih dari 15 – 25 %
Cara memperbaiki penurunan kualitas tanah :
- Rotasi Jenis
- Pemupukan
- Penanaman Perantara
- Rotasi Sejenis
- Rekayasa genetic
Sistem Silvikultur Tebang Pilih
Prosedur dasar adalah penurunan secara selektif pohon-pohon yang dewasa (masak tebang) baik secara tersebar atau kelompok
Sistem ini baik pada tegakan dengan komposisi jenis
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :
1. Species
2. Site
3. Iklim
4. Umur
Keuntungan Sistem Tebang Pilih :
1. Menjaga skosistem yang lebih stabil dibanding tebang habis. Tebang habis stabil pada umur tua.
2. Baik untuk konservasi tanah dan air
3. Mempertahankan biodiversity dan keindahan alami
4. Aman dilakukan pada topografi relative curam
5. Relatif aman dari hama dan penyakit.
Kerugian Sistem Tebang Pilih :
1. Produktivitas tegakan yang dipenen tidak maksimal
Hanya jenis dan ukuran tertentu yang bias dipanen
2. Variasi potensi tegakan dari suatu tempat ketempat yang lain
3. Metoda Pemanenan yang rumit dan komplek. Perlu SDM yang menguasai permasalahan yang bervariasi
4. Metode pemeliharaan yang juga tidak mudah dan administrasi yang sulit
5. Kontrol yang sulit
Sistem Silvikultur Tebang Rumpang
Sistem ini identik dengan group selection method. Diprakarsai oleh Bp. Sagala (BTR Banjamasin) dimaksudkan untuk menutupi kelemahan pada TPTI yaitu :
- Pengawasan yang sulit
- Degradasi potensi genetik pohon unggulan
- Kerusakan pohon sekitar pohon yang dipanen
- Banyaknya sampah sisa tebangan
Ide ini didasari anggapan bahwa secara alamiah rumpang merupakan penomena pada hutan campuran tidak seumur.
Jadi penebangan bersifat mendahului pembentukan rumpang alami yang berhubungan dengan rebahnya pohon
Teknik silvikultur :
1. Penebangan ditentukan dalam petak tebangan dengan memanfaatkan jalan sarad secara sistematik
2. Rumpang dibuat pada bekas tebangan (lokasi pohon rebah) seluas 1000 s/d 2000 M2, membulat
3. Dalam satu kelompok operasi penebangan, pohon yang ditebang 30 s/d 100 pohon
Seed Tree Method
Metode Pohon Induk
- Menyisakan pohon tua, sekurang-kurangnya sampai permudaan tersebar merata
- Pemanenan pohon tua ditujukan untuk mengatur ruang peremajaan
- Beda dengan selection method : hasil tegakan seumur
- Semua pohon tua ditebang kecuali sedikit pohon induk → soliter, group
- Beda dengan shelterwood methods ; biji disediakan di petak, tidak ada batasan jalur tebang agar biji sampai
- Tidak ada tegas di jumlah pohon induk antara STM dan SWM
- Bila tapak buruk, oleh tanah, ingin bantu tebar biji atau tambah pohon induk menjadi SWM
1. Pemetaan Pohon Induk
- Pohon induk soliter sebelah pohon lain dipanen → permudaaan merata
- Pohon induk group : memudahkan penyelamatan pohon induk dan mudah memanennya kemudian →permudaan tidak merata
- Kalau biji mengelompok, ternaung, tidak hidup, jarangi lagi
- Tidak ada bukti pohon induk di group lebih tahan angin
2. Kriteria Pohon Induk
- Tegap, tajuk lebar, % tajuk besar, tahan badai, banyak buah
- Tidak cocok untuk jenis pohon perakaran dangkal
- Umur pohon induk cukup tua
3. Jumlah dan Sebaran Pohon Induk
- Bila jenis pohon berumah dua : sisakan pohon jantan + pohon betina
- Bunga betina (konifer) sering diatas, pohon soliter sering kurang produktif karena kurang turbulasi angin
- Jumlah pohon tergantung pengalaman berapa produksi biji per pohon di masa lalu
4. Musim Berbuah Raya
- Kerapatan permudaan tergantung musim buah raya
- Sebagian besar biji dimakan predator ; pengerat, burung, serangga, jamur → sebab kecil saja yang menjadi semai
- Gunakan produksi biji sedang sebagai dasar penentuan jumlah penduduk
Shelterwood methods
Metode pohon pelindung
- membentuk tegakan seumur sebelum tegakan tua dihabiskan
- Pemanenan tegakan tua secara bertahap (a series of partial cuttings)
- Mirip penjarangan sangat keras berulang
- Tegakan tua dihabiskan bila seluruh bagian lahan tertutup permudaan alami
- Variasi perlakuan sangat besar tergantung target komposisi jenis yang diinginkan
- Menyisakan pohon baik, dahulukan tebang pohon kurang baik ditengah anak petak
- Kadang harus menyisakan sebagian pohon induk selama daur berikutnya untuk satwa pelindungnya dan keindahan
Prinsip Dasar :
- Ruang dikosongkan agar biji dapat berkecambah dan tumbuh menjadi semai, pohon tua diharapkan melindungi semai dari hama dan frost
- Pohon tua harus dihabiskan bilamana tidak lagi melindungi melainkan mehalangi pertumbuhan tegakan muda oleh naungannya
- Penebangan pohon tua dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali
- Pohon tua terbaik ditinggalkan untuk membuat keturunan, tumbuh lebih cepat pula
Preparatory Cuttings
- Untuk menguatkan calon pohon tunggal dan mempercepat dekomposisi serasah (lebih banyak panas dan hujan)
- Bilamana banyak permudaan setelah penjarangan langsung panen utama
Removal Cuttings
- Panen utama bisa lebih dari satu kali untuk memberikan sebagian besar ruang kepada peremajaan dan Pohon induk
- Panen utama ada dua : estabilishment dan untuk ria. Agar semai cepat meninggi, kurangi lagi pohon pancang
- Kecepatan pemanenan tergantung kebutuhan cahaya permudaan jenis utama
- Panen utama menimbulkan luka. Panen dengan kerusakan minimal bila semai masih fleksibel
- Panen utama rebahkan kearah semai padat dan hindari semai jarang
Empat macam variasi :
1. Uniform Method : seragam diwilayah tegakan
2. Strip shelterwood method : dilakukan di jalur
3. Group shelterwood method : dilakukan di kelompok
4. Irregular shelterwood method : dilakukan jangka panjang
Selasa, 01 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar