BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
Berdasarkan laporan keuangan PT Bintang Widyalestari Samarinda, yaitu neraca dan laporan laba rugi tahun 2005 dan 2006, maka dapat dianalisis laporan keuangan tersebut dengan menggunakan alat analisis rasio keuangan sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Aktiva Lancar
a. Current Ratio = x 100%
(Rasio Lancar) Hutang Lancar
Rp.1.779.346.824
Current Ratio 2005 = x 100% = 225,82%
Rp. 787.939.983
Rp.2.127.804.987
Current Ratio 2006 = x 100% = 370,08%
Rp. 574.958.530
Aktiva Lancar – Persediaan
b. Quick Ratio = x 100%
(Rasio Cepat) Hutang Lancar
Rp.1.779.346.824 – Rp.275.080.000
Quick Ratio 2005 = x 100% =190,91%
Rp. 787.939.983
Rp.2.127.804.987 – Rp.310.575.137
Quick Ratio 2006 = x 100% =316,06%
Rp. 574.958.530
Kas + Bank
c. Cash Ratio = x 100%
(Rasio Kas) Hutang Lancar
Rp.57.032.367 + Rp.841.682.632
Cash Ratio 2005 = x 100% = 114,06%
Rp. 787.939.983
Rp.73.473.500 + Rp.1.207.051.850
Cash Ratio 2006 = x 100% = 222,72%
Rp. 574.658.530
2. Rasio Aktivitas
a. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Persediaan awal + persediaan akhir
Rata-rata persediaan =
2
Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover = x 1 kali
Rata-rata persediaan
Rp.306.637.321 + Rp.275.080.000
Rata-rata persediaan 2005 =
2
= Rp.290.858.660,50
Rp.4.093.489.621
Inventory Turnover 2005 = x 1 kali = 14,07 kali
Rp.290.858.660,50
Rp.275.080.000 + Rp.310.575.137
Rata-rata persediaan 2006 =
2
= Rp.292.827.568,50
Rp.4.360.819.363
Inventory Turnover 2006 = x 1 kali = 14,89 kali
Rp.292.827.568,50
360 hari
b. Average Days Inventory =
(Periode rata-rata Persediaan) Perputaran persediaan
360 hari
Average Days Inventory 2005 = = 25,58 = 26 hari
14,07 kali
360 hari
Average Days Inventory 2006 = = 24,17 = 24 hari
14,89 kali
Penjualan
c. Total Asset Turnover = x 1 kali
(Perputaran Total Aktiva) Total Aktiva
Rp.4.965.902.000
Total Assets Turnover 2005 = x 1 kali = 1,69 kali
Rp.2.929.664.502
Rp.5.516.966.000
Total Assets Turnover 2006 = x 1 kali = 1,71 kali
Rp.3.226.122.665
3. Rasio Leverage
Total Hutang
a. Debt to Total Assets = x 100%
(Rasio Hutang) Total Aktiva
Rp. 962.479.983
Debt to Total Assets 2005 = x 100% = 32,85%
Rp.2.929.664.502
Rp. 674.038.530
Debt to Total Assets 2006 = x 100% = 20,89%
Rp.3.226.122.665
Total Hutang
b. Debt to Equity Ratio = x 100%
(Rasio hutang terhadap modal) Modal Sendiri
Rp. 962.479.983
Debt to Equity Ratio 2005 = x 100% = 48,93%
Rp.1.967.184.519
Rp. 674.038.530
Debt to Equity Ratio 2006 = x 100% = 26,41%
Rp.2.552.084.135
4. Rasio Profitabilitas
Laba setelah pajak
a. Net Profit Margin = x 100%
(Marjin Laba Bersih) Penjualan
Rp. 421.697.996
Net Profit Margin 2005 = x 100% = 8,49%
Rp.4.965.902.000
Rp. 584.899.616
Net Profit Margin 2006 = x 100% = 10,60%
Rp.5.516.966.000
Laba setelah pajak
b. Return on Total Assets = x 100%
(Hasil Atas Total Aset) Total Aktiva
Rp. 421.697.996
Return on Total Assets 2005 = x 100% = 14,39%
Rp.2.929.664.502
Rp. 584.899.616
Return on Total Assets 2006 = x 100% = 18,13%
Rp.3.226.122.665
Laba setelah pajak
c. Return On Equity = x 100%
(Hasil Atas Ekuitas) Ekuitas
Rp. 421.697.996
Return on Equity 2005 = x 100% = 21,44%
Rp.1.967.184.519
Rp. 584.899.616
Return on Equity 2006 = x 100% = 22,92%
Rp.2.522.084.135
Untuk memudahkan dalam membahasnya, maka angka-angka yang dihasilkan tersebut dimasukkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil perhitungan rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas pada tahun 2005 dan 2006.
Keterangan 2005 2006
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
b. Quick Acid Ratio
c. Cash Ratio
225,82%
190,91%
114,06%
370,08%
316,06%
222,72%
2. Rasio Aktivitas
a. Inventory Turnover
b. Average Days Inventory
c. Total Assets Turnover
14,07 x
26 hari
1,69 x
14,89 x
24 hari
1,71 x
3. Rasio Leverage
a. Debt to Total Assets
b. Debt to Equity Ratio
32,85%
48,93%
20,89%
26,41%
4. Rasio Profitabilitas
a. Net Profit Margin
b. Return On Total Assets
c. Return On Equity
8,49%
14,39%
21,44%
10,60%
18,13%
22,92%
Sumber : Hasil analisis
B. Pembahasan
Current Ratio menunjukkan sejauhmana hutang lancar (current liability) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar (current assets ) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dari hasil analisis, terlihat bahwa current ratio perusahaan mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2005 sebesar 225,82%, menjadi 370,08% pada tahun 2006, berarti naik sebesar 144,26%. Kenaikan ini disebabkan aktiva lancar naik sebesar Rp.348.458.163 atau 19,58% sedangkan hutang lancar turun sebesar Rp.212.981.453 atau 27,03%. Apabila dibandingkan dengan standar yang ada, current ratio perusahaan telah berada di atas rata-rata yang telah ditetapkan yakni di atas 200%. Disamping itu, rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.2,26 aktiva lancar tahun 2005 dan Rp.3,70 aktiva lancar tahun 2006. Dalam hal ini, perusahaan masih mampu untuk membayar hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki.
Quick ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan. Dari hasil analisis, terlihat bahwa quick ratio mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 190,91% menjadi 316,06%, berarti naik sebesar 125,15%. Kenaikan ini disebabkan aktiva likuid naik sebesar Rp.312.963.026 atau 20,81% sedangkan hutang lancar turun sebesar Rp.212.981.453 atau 27,03%. Apabila dibandingkan dengan standar yang ada, quick ratio perusahaan telah berada di atas rata-rata yakni di atas 100%. Disamping itu, rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin pembayarannya oleh aktiva likuid sebesar Rp.1,91 pada tahun 2005 dan sebesar Rp.3,16 pada tahun 2006.
Cash Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang lancar dengan menggunakan kas yang ada di perusahaan dan kas yang ada di bank. Dari hasil analisis, terlihat bahwa cash ratio mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 114,06% menjadi 222,72% pada tahun 2006, berarti naik sebesar 108,66%. Kenaikan ini disebabkan kas dan bank naik sebesar Rp.381.810.351 atau 42,48% sedangkan hutang lancar turun sebesar Rp.212.981.453 atau 27,03%. Rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin pembayarannya oleh kas dan bank sebesar Rp.1,14 pada tahun 2005 dan sebesar Rp.2,23 pada tahun 2006. jika dibandingkan dengan standar yang ada yaitu jumlah kas yang ada diperusahaan hendaknya tidak kurang dari 5-10% dari jumlah aktiva lancar, maka jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan dapat dikatakan belum memenuhi standar yang telah ditetapkan, dimana pada tahun 2005 sebesar 50,51% dan pada tahun 2006 sebesar 60,38%.
Secara umum likuiditas perusahaan mengalami peningkatan yang cukup besar yakni masing-masing rasio peningkatannya lebih dari 100%, sehingga menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan dalam memenuhi hutang lancarnya. Akan tetapi peningkatan yang cukup besar ini juga menggambarkan bahwa perusahaan belum efektif memanfaatkan dana yang diinvestasikan pada aktiva lancar. Hal ini bisa dilihat dari pos kas dan bank, dimana prosentase bagian kas dan bank terhadap aktiva lancar adalah 50,51% pada tahun 2005 dan 60,38% pada tahun 2006, jadi bisa dilihat besarnya dana yang menganggur atau tidak dimanfaatkan dengan efektif oleh perusahaan. Oleh karena itu, hendaknya perusahaan bisa menginvestasikan ke usaha lain yang potensial agar perkembangan usaha lebih baik lagi. Adapun usaha yang bisa dilakukan seperti memperluas daerah pemasaran, menambah jenis produk yang dijual, peningkatan promosi dan lain-lain dengan mempertimbangkan faktor-faktor misalnya biaya, tenaga kerja, kebutuhan atau selera konsumen, pesaing dan lain-lain.
Inventory Turnover, menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa rasio ini mengalami peningkatan dari tahun 2005 yaitu 14,07 kali menjadi 14,89 kali pada tahun 2006, berarti ada kenaikan yaitu 0,82 kali. Kenaikan ini disebabkan harga pokok penjualan naik sebesar Rp.267.329.742 atau 6,53% dan rata-rata persediaan naik sebesar Rp.1.968.908 atau 0,68%. Jadi rasio ini menunjukkan bahwa persediaan dapat diganti sebanyak 14,07 kali dengan rata-rata persediaan Rp.290.850.660,5 pada tahun 2005 dan 14,89 kali dengan rata-rata persediaan Rp.292.827.568,5 pada tahun 2006. Apabila perusahaan ingin mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi seharusnya mengadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien sehingga akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut serta menghindari adanya over stock.
Average Days Inventory, menunjukkan rata-rata periode persediaan tersimpan di dalam gudang. Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa rasio ini mengalami perkembangan yang cukup baik dimana rata-rata periode persediaan tersimpan dalam gudang pada tahun 2005 yaitu 26 hari sedangkan pada tahun 2006 yaitu 24 hari, perkembangan ini disebabkan karena meningkatnya inventory turnover. Semakin tinggi inventory turnover maka semakin cepat pula persediaan keluar dari gudang (terjual), begitu juga sebaliknya semakin rendah inventory turnover maka semakin lama pula persediaan tersimpan dalam gudang sehingga mengakibatkan penambahan biaya.
Total Assets Turnover, merupakan ukuran keefisienan perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menciptakan penjualan. Dari hasil analisis, rasio ini mengalami peningkatan dari tahun 2005 yaitu 1,69 kali menjadi 1,71 kali pada tahun 2006 berarti ada kenaikan yaitu 0,02 kali. Kenaikan ini disebabkan penjualan naik sebesar Rp.551.064.000 atau 11,10% dan total aktiva naik sebesar Rp.296.458.163 atau 5,97%.
Debt to Total Assets, menunjukkan berapa bagian dari total aktiva aktiva yang dibelanjai dengan total hutang. Dari hasil analisis, rasio ini mengalami penurunan dari tahun 2005 sebesar 32,85% menjadi 20,89% pada tahun 2006, berarti turun sebesar 11,96%. Penurunan ini disebabkan total aktiva naik sebesar Rp.296.458.163 atau 5,97% sedangkan total hutang turun sebesar Rp.288.441.453 atau 29,97%. Jadi rasio ini menunjukkan bahwa 32,85% dari total aktiva pada tahun 2005 dan 20,89% dari total aktiva pada tahun 2006 dibelanjai dengan hutang.
Debt to EquityRatio, menunjukkan berapa bagian dari modal yang digunakan untuk membayar total hutang perusahaan. Dari hasil analisis, rasio ini mengalami penurunan dari tahun 2005 sebesar 48,93% menjadi 26,41%, berarti turun sebesar 22,52%. Penurunan ini disebabkan modal naik sebesar Rp.584.899.616 atau 29,97% sedangkan total hutang turun sebesar Rp.288.441.453 atau 29,97%. Jadi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menggunakan bagian modal yang dimiliki untuk menjamin atau membayar total hutangnya sebesar 48,93% pada tahun 2005 dan 26,41% pada tahun 2006, sehingga ini berarti beban yang harus ditanggung oleh pemilik modal terhadap total hutang perusahaan turut berkurang.
Net Profit Margin, menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mencapai laba bersih dari hasil penjualan. Dari hasil analisis, rasio ini mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 8,49% menjadi 10,60% pada tahun 2006 berarti naik sebesar 2,10%. Kenaikan ini disebabkan laba setelah pajak naik sebesar Rp.163.201.620 atau 38,70% dan penjualan naik sebesar Rp.551.064.000 atau 11,10%. Jadi rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 dari penjualan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp.0,0849 pada tahun 2005 dan Rp.0,1060 pada tahun 2006.
Return on Total Assets, memberikan gambaran tentang hasil yang didapatkan dari investasi yang dilakukan perusahaan pada total aktiva. Dari hasil analisis, rasio ini mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 14,39% menjadi 18,13% pada tahun 2006 berarti naik sebesar 3,74%. Kenaikan ini disebabkan laba setelah pajak naik sebesar Rp.163.201.620 atau 38,70% dan total aktiva naik sebesar Rp.296.458.163 atau 5,97%. Jadi rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 dari total aktiva mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp.0,1439 pada tahun 2005 dan Rp.0,1813 pada tahun 2006.
Return on Equity, merupakan pencerminan dari seluruh kinerja perusahaan karena tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan bagi pemilik perusahaan. Dari hasil analisis, rasio ini mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 21,44% menjadi 22,92% pada tahun 2006 berarti naik sebesar 11,48%. Kenaikan ini disebabkan laba setelah pajak naik sebesar Rp.163.201.620 atau 38,70% dan modal naik sebesar Rp.584.899.616 atau 29,97%. Jadi rasio ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 dari modal yang dimiliki perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp.0,2144 pada tahun 2005 dan Rp.0,2292 pada tahun 2006.
Secara umum, dari rasio profitabilitas menunjukkan peningkatan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan dan diharapkan perusahaan bisa meningkatkan lagi untuk periode selanjutnya. Adapun usaha yang bisa dilakukan agar profitabilitas perusahaan bisa meningkat yakni menekan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasi perusahaan dan meningkatkan volume penjualan dengan cara memperluas daerah pemasaran yang potensial, pemberian potongan harga khusus agar konsumen lebih tertarik untuk membeli produk yang dijual, menambah jenis produk yang potensial untuk dijual, meningkatkan promosi, memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan lain-lain. Jadi dengan meningkatnya volume penjualan dan penghematan dalam pengeluaran biaya-biaya maka pada akhirnya laba yang akan dihasilkan dari operasi perusahaan dapat meningkat sehingga profitabilitas perusahaan turut meningkat pula.
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa rasio likuiditas perusahaan yang dicerminkan dalam current ratio, quick ratio dan cash ratio mengalami peningkatan pada tahun 2006 dibanding tahun 2005, sehingga hal ini menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang meningkat dalam menyelesaikan kewajiban atau hutang lancarnya. Rasio aktivitas perusahaan yang dicerminkan dalam inventory turnover, average days inventory dan total assets turnover mengalami peningkatan pada tahun 2006 dibanding 2005 sehingga bisa digambarkan adanya peningkatan keefektifan dalam memanfaatkan atau menggunakan sumber daya yang dimiliki. Rasio leverage yang dicerminkan dalam debt to total assets dan debt to equity ratio mengalami penurunan pada tahun 2006 dibanding 2005 sehingga bisa digambarkan bahwa prosentase dana yang disediakan atau digunakan untuk menjamin total hutangnya dari total aktiva dan modal yang dimiliki turut berkurang atau menurun. Dan rasio profitabilitas yang dicerminkan dalam net profit margin, return on total assets dan return on equity mengalami peningkatan pada tahun 2006 dibanding 2005 sehingga bisa digambarkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang meningkat dalam memperoleh laba atau keuntungan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menduga bahwa kinerja keuangan perusahaan PT Bintang Widyalestari mengalami peningkatan pada tahun 2006 dibanding 2005 diterima.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar