EVIDENSI 1
Menurut Zuhud (1991), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang, daun, biji, bunga, buah, getah, kulit, umbi dan lainnya) mempunyai khasiat obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisonal.
Tumbuhan obat dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Tumbuhan Obat Tradisonal, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku tradisional.
2. Tumbuhan Obat Modern, yaitu spesies tumbuhan ilmiah yang telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan Obat Potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah-medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri.
PREMIS 1
Dari evidensi di atas dapat diambil suatu premis bahwa setiap bagian dari tumbuhan baik akar, batang, daun, bunga, buah dan biji adalah berguna sebagai bahan obat-obatan. Untuk lebih memperjelas tentang pemanfaatan tumbuhan obat maka tumbuhan obat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Tumbuhan Obat Tradisional, Modern dan Potensial.
EVIDENSI 2
Hutan alam tropika Indonesia dan budaya, pengetahuan tradisional atau kearifan lokal berbagai etnis yang hidup dan sudah bertungkus lumus dengan ekosistem hutan merupakan aset bangsa yang tak terhingga nilainya bagi pembangunan kesehatan bangsa. Banyak pengetahuan tradisional tentang penggunaan tumbuhan obat dari berbagai etnis telah dikembangkan oleh industri jamu dan farmasi menjadi produk jamu atau produk fitofarmaka yang sangat laku di pasaran, seperti produk merek dagang : fitodiar, prolipid, enkasari, stimuno dan lain-lain.
PREMIS 2
Dari evidensi di atas dapat diambil suatu premis bahwa hutan Indonesia memiliki potensi sumberdaya hayati yang tinggi yang didukung dengan budaya masyarakatnya yang sudah secara turun temurun mengenal manfaat tumbuhan sebagai tumbuhan obat, sehingga dapat dikembangkan melalui penelitian oleh industri jamu dan farmasi menjadi obat yang masuk ke dalam kelompok tumbuhan obat modern (fitofarmaka).
EVIDENSI 3
Berdasarkan bagian dari tumbuhan obat hutan tropika Indonesia yang digunakan, spesies tumbuhan obat yang ada dapat dikelompokkan kedalam 15 (limabelas) macam, yaitu daun, akar, kulit batang, buah, semua bagian, batang/kayu, biji, bunga, getah, pucuk daun/tunas, rimpang, umbi, cabang/ranting, air batang dan umbut. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat, yaitu sebesar 749 spesies (33,50%), sedangkan umbut merupakan bagian tumbuhan yang paling sedikit digunakan, yaitu sebanyak 8 spesies (0,18%).
Berdasarkan data dan informasi yang ada, spesies-spesies tumbuhan obat yang ada dapat dikelompokkan kedalam 25 kelompok penyakit. Dilihat dari jumlah spesies tumbuhan obatnya, kelompok penyakit/penggunaan tertinggi adalah pada penyakit saluran pencernaan (487 spesies tumbuhan obat) dan terendah adalah pada kelompok penyakit/penggunaan patah tulang (11 spesies tumbuhan obat). Salah satu spesies tumbuhan obat untuk penyakit pencernaan yang berpotensi dikembangkan di kawasan hutan adalah kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.). Pohon Kedawung sudah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat dari etnis Jawa dan etnis Dayak sebagai obat anti kembung dan penyakit lambung lainnya.
Salah satu spesies tumbuhan obat yang saat ini paling terancam kelestariannya dan kepunahan karena banyak dieksploitasi dari hutan alam Sumatera dan Kalimantan tanpa budidaya adalah pasakbumi (Eurycoma longifolia Jack.). (Zuhud, 2009).
PREMIS 3
Dari evidensi di atas dapat diambil suatu premis bahwa unit ekosistem hutan alam tropika di setiap lokasi di Indonesia masing-masing menyediakan berbagai spesies tumbuhan obat yang cukup untuk memelihara kesehatan dan mengobati semua kelompok penyakit yang diderita oleh masyarakat. Sumberdaya keanekaragaman hayati hutan (kayu dan non-kayu) serta budaya masyarakat di setiap lokasi hutan tak dapat dipisahkan satu sama lain sebagai satu kesatuan utuh kehidupan manusia sejak awal keberadaannya.
Berdasarkan hasil inventarisasi potensi keanekaragaman spesies tumbuhan obat di berbagai kawasan hutan konservasi taman nasional di Indonesia, menunjukkan bahwa setiap unit kawasan hutan taman nasional ditemukan berbagai spesies tumbuhan obat yang dapat mengobati 25 kelompok penyakit yang diderita masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kawasan hutan alam tropika pada setiap tempat menyediakan bahan baku obat untuk berbagai kelompok penyakit. Oleh karena itu tindakan konservasi dalam rangka penyelamatan ekosistem hutan yang masih tersisa sangat diperlukan.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar