A. WAKTU DAN LOKASI PRAKTEK
Praktek lapangan ini dilaksanakan pada hari Senin, 29 Januari 2005. Lokasi praktek dilaksanakan di
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat Praktek
Peralatan praktek yang digunakan adalah Alat tulis menulis.
2. Bahan Praktek
Bahan yang digunakan dalam praktek ini antara lain : gunting stek, Kntong plastic, timbangan gantung, karung plastic, parang, tali raffia, kertas koraN, label nama, meteran dan buku catatan.
B. PARAMETER PENGAMATAN
C. METODE PENGUMPULAN DATA
A. Keanekaragaman jenis vegetasi
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi … dilakukan analisis vegetasi. Dalam praktek ini, analisis vegetasi dilakukan di dalam “padock” (petak) yang masih ditumbuhi vegetasi alami. Padcok yang dimalksud adalah 1 buah dengan laus sekitar 1 ha. Di dalam padock terse but, di buat plot-plot contoh yang dipilih secara “purporsive” dengan observasi langsung ke lapangan mencari vegetasi yang diidentifikasi (sensus)> Semua jenis vegetasi dalam plot contoh masing-masing seluas 5 x 5 m (pancang), 2 x 2 m (anakan) dan 1 x 1 m ( tumbuhan bawah, semak, perdu). Setiap individu vegetasi dalam plot contoh dicatat jenisnya, jumlah serta persen penutupannya.
D. ANALISIS DATA
1. Keanekaragaman Jenis
a. Keanekaragaman jenis vegetasi tingkat pancang dihitung menurut Curtis (1959) sebagai berikut : NPJ = KN + FN +DoN yang mana :
NPJ (%) = Nilai Penting jenis
KN (kerapatan nisbi dari suatu jenis) (%) = )|(Jumlah individu suatu jenis : JUmlah individu seluruh jenis) x 100 .
FN (frekuensi nisbi dari suatu jenis) (%)= (Frekuensi dari suatu jenis : Jumlah frekuensi dari seluruh jenis) x 100.
DoN (dominasi relative suatu jenis) (%) = (Luas bidang dasar suatu jenis : Jumlah Luas bidang dasar seluruh jenis ) x 100.
b. Jumlah anakan dan tumbuhan bawah dihitung menurut Numata dan Suzuki (1958) sebagai berikut :
SDRn (Sum of Dominance Ratio) dari beberapa factor (n)
SDRn = (D’ + F’ H’+C’) : n
yang mana : D’ = Density ratio
F’ = Frequensi ratio
H’ = High (tinggi rataan)
C” = Cover (penutupan lahan)
N = Faktor SDRn.
c. Analisis vegetasi tingkat anakan dan tumbuhan bawah menggunakan 4 faktor sehingga rumus SDR (%) = D’ + F’ + H’ + C”) : 4
yang mana : D’ (%) = (Kerapatan suatu jenis tertentu : Kerapatan jenis yang terbanyak) x 100
F’ (%) = (Frequensi satu jenis tertentu : Frekunesi jenis yang terbanyak) x 100
H’ (%) = (Tinggi rataan satu jenis tertentu : Tinggi rataan jewnis yang tertinggi) x 100.
C”(%) = (Besarnya penutupan satu jenis tertentu : Besarnya penutupan jenis yang terbesar) x 100
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Risalah Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di areal HPHTI (Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri) PT. Surya Hutani Jaya I (Group PT. Sumalindo) yang terletak disebelah Barat Laut Kota Samarinda. Secara Geografis lokasi areal HPHTI tersebut terletak di antara 0 o 30 ‘ Lintang Utara – 0 o 45 “ Lintang Selatan dan antara 116 o 45 ‘ dan 172 o 32 Bujur Timur. Batas wilayah sebelah Utara adalah TNK (Taman Nasional Kutai), PT Surya Hutani Jaya II, PT. Surya Hutani Jaya III, sebelah Timur adalah Hultan Lindung, sebelah selatan adalah PT Bhirawa Timber, dan sebelah Barat adalah PT Kalimantan Timber Indonesia.
Secara administratif, areal HPHTI PT Surya Hutani Jaya I termasuk ke dalam wilayah Daerah Tingkat II Kutai Kartanegara mencakup Muara Kamam dan Sebulu; Wilayah Pemekaran Daerah Tingkat II Kutai Timur mencakup Muara Bengkal serta Wilayah Kota Bontang mencakup Kecamatan Bontang. Adapun pembagian wilayah kehutanan, menurut Sudomo (2002) areal HPHTI PT Surya Hutani Jaya termasuk ke dalam wilayah RPH (Resort Polisi Hutan) S. Sebulu, S. Beliwih, S. Menamang, BKPH (Bagian Kesatuan Pemangku Hutan) Muara Kamam, Muara Wahau, CDK (Cabang Dinas Kehutanan) Mahakam tengah, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur .
Hasil wawancara dengan responden di PT Surya Hutani Jaya I bahwa dengan plot-plot riset untuk PT. Sumalindo Group pernah jaya diera tahun 1990-an, yang mana PT. Sumalindo menargetkan MAI (mean annual increment) 30 m3/ha, namun kondisi aktual dari rataan riap tahunan tersebut hanya mencapai 25 m3/ha.
Upaya dilakukan dengan penanaman jenis fast growing yang berdaur pendek. Kegiatan program pemuliaan dengan pengamatan adanya variasi cabang, warna, umur, menjadi terkendala di mana membutuhkan waktu untuk pembenahan guna melihat hasil riset tersebut. Di Site Sebulu pada tahun 2004 telah dilakukan penanaman sebesar 12.000 bibit/ha, juga disiapkan 400.000 bibit siap tanam guna merealisasikan target penanaman tahun 2005 sebesar 18.000 bibit/ha. Rencana ke depan, PT Surya Hutani Jaya ini akan mengembangkan penanaman di lahan basah (wet land) tahun 2006.
2. Keadaan Vegetasi
Dari hasil identifikasi ditemukan … jenis vegetasi yang termasuk ke dalam …. Suku dengan perincian sebagai berikut : Famili …. (5 jenis), …. Dan …. Masing-masing ( 3 jenis), … (2 jenia) serta …,…,…,… dan … masing-masing (1 jenis).
Urutan dominasi yang berdasarkan Nilai Penting dari masing-masing jenis vegetasi tingkat pancang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Penting jenis untuk tingkat pancang di lokasi praktek
No Nama jenis Nama Lokal KN FN DoN NPJ
1 Vitex pubescens Laban 17,24 12,50 20,00 49,74
2 Paraserianthes falcataria Sengon
3 Gliricidia sepium Gamal
4 Peronema canescens Sungkai
5 Acacia mangium Akasia
6 Ficus septic Awar-awar
7 Fragraea lanceolat Tdk teridentifikasi
8 Leea indica Tdk teridentifikasi
9 Eugenia sp. Jambon
10 Macaranga gigantea Merkubung
11 Pterospermum javanicum Bayur
12 Cananga odorata Kenanga
13 Pithecellobium ellipticum Jengkol hutan
Jumlah 100 100 100 100
Keterangan KN = kerapatan Nisbi, FN = frekunesi nisbi, DoN = Dominasi nisbi,
NPJ = Nilai Penting jenis.
Pada tabel 1. Jenis .. (..) merupakan jenis yang paling dominant di lokasi penelitian dengan Nilai penting Jenis … % dan yang tidak dominant (NPJ terendah) adalah …,… serta,,… dengan masing-masing NPJ yang sama, yang sebesar … %. Besar kecilnya Nilai Dominasi surtau jenis sangat dipengaruhi oleh jumlha individu,penyebaran serta besar kecilnya luas bidang dasar. Niolai dominasi diperoleh dari hasil penjulhana kerapatan nisbi, frekuensi bisbi dan dominansi nisbi. Besarnya nilai dominasi jenis… ( …) tingkat pancang dsisebabkan oleh banyaknya jumlah individu yang ditemukan pada setiap petak pengamatan, di mana pada petak pengamatan yang dibuat ditemukan .. individu jenis …. dengan frekuensi kehadiran 3. Selain jumlah individu. Luas bidang dasar juga mempengaruhi nilai dominasi jenis ….. yang mana rataan nilai luas bdang dasar dari ke-..individu adalah sebesar …m2. Jadi besarnya nilai dominasi jenis …. tingkat pancang menunjukkan bahwa jenis ini cukup potensial secara kuantitatif untuk dijadikan sebagai jenis yang mendominasi lokasi praktek tersebut.
Pada tabel 2 . ditampilkan , bahwa nilai dominansi yang ditunjukkan oleh nilai SDR dari terendah sampai tertinggi berkisar antara 23,32 – 86,36 %. Analisis vegetasi yang dilakukan pada tingkat anakan dan tumbuhan bawah memperlihatkan bahwa Imperata cylindrical (alang-alang) merupakan vegetasi yang paling dominant dengan nilai SDR .. % dan yang memiliki nilai terendah adalah Calamus sp (rotan) dengan nilai SDR 23,32 %.
Dominasi kehadiran I. cylindrical di lokasi praktek menurut informasi petugas penangkaran disebabkan karena seringnya dilakukan pembakaran terkendali yang bertujuan untuk membersihkan lahan dan diharapkan setelah itu akan tumbuh alang-alang muda yang dapat dimanfaatkan sebagai ….
Hasiul identifikasi yang dilakukan menggambarkan bahwa lokasi praktek termasuk kedalam tipe hutan sekunder semak belukar. Seperti yang dillaporkan Bratawinata bahwa dominansi vegetasi di Hutan sekunder semak belukar Kalimantan Timur antara lain Pternandra azurae, Piper aduncum,, Vitex pubescens, Nauclea spp., Saccharum spp., Melastoma Malabathricum, Milletia sericea, Imperata cylindrical, Solanum spp., dan Eupatorium spp.
Hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh informasi bahwa kehadiran beberapa jenis pohon seperti Akasia, Sengon, gamal dan Sungkai merupakan jenis yang dianam. Hingga praktek ini dilakukan, jenis-jenis ini sudah hamper mendominasi komunitas vetetasi yang ada di lokasi praktek.
Tabel 2. Nilai Penting jenis untuk tingkat anakan dan tumbuhan bawah di lokasi praktek
No Nama jenis Nama Lokal D’ F’ H’ C” SDR4
1 Imperata cylindirica Alang-alang 17,24 12,50 20,00 49,74
2 Melastoma
Jumlah 100 100 100 100
Keterangan KN = kerapatan Nisbi, FN = frekunesi nisbi, DoN = Dominasi nisbi,
NPJ = Nilai Penting jenis.
a. Pengamatan Super Elite Orchard High Growth Gmelina arborea
Lokasi : PTK 75 Zone 33
Tanggal Tanam : 1 Agustus 2000
Jarak Tanam : 10 x 10 m
Jumlah Blok : 10 blok
Luas : 2,5 ha
No. Klon : 81001 -81010
Jumlah Klon : 25 klon
Sumber Klon : Progeny test Gmelina Arborea Thailand
-10 pohon plus Costarica
-15 pohon plus Thailand
b. Pengamatan Progeny Test Gmelina Arborea Subline Thailand
Lokasi : Petak 85 Zone 33
Tanggal Tanam : 13 – 17 Nopember 2001
Jarak Tanam : 3 x 3 m
Rancangan : RCBD
Tree Plot : Single tree Plot
Ulangan : 30 blok
Kontrol :4(SPA Sebulu, SPA MKR, CSO Sebulu, CSO Menamang)
c. Pengamatan Clonal Seed Orchard (CSO) Acacia mangium
Luas : 3,5 ha
Jumlah Klon : 35 klon
Asal Klon : CPT (Candidate Plus Tree)Eks sebulu
Jarak Tanam Awal : 5 X 5 m
Jumlah Ramet/klon : 40 ramet/klon
Bulan Tanam : September 1998
Target Produksi : 50 gram/pohon/tahun.
d. Pengamatan Seed Production Area (SPA) Acacia mangium
Petak/RKt : 5 A/89 – 90
Luas : 3,0 ha
Jarak Tanam Awal : 2 x 3 meter (1866 pohon/ha.)
Provenace : Subanjeriji, Sumatera Selatan
Rouging I : Juli 1994 (500 pohon/ha)
Rouging II : Juli 1995 (125 pohon/ha)
Jarak Tanam Akhir : 8 x 10 meter
e. Pengamatan Progeny Test Acacia mangium Papua New Guinea
dan New Zeeland
Lokasi : Camp 86/33
Tanggal Tanam : 15- 24 April 2003
Jarak Tanam : 3 x 3 meter
Rancangan : RCBD Split Plot
Provenance/Famili :
- Alambak Fly River up
- Bimadebun Village wp
- Wipim district wp
- Oriomo sawmill wp
- Sw of Boset up
- Pongki e of morehead
- SSO Kuranda PNG SE
- SSO Cardwell PNG
- SSO S Cardwell
Comercial Cek :
- CSO Sebulu
- CSO Menamang
- CSO HD (High Density) Sebulu (lokal).
B. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan praktek lapang pada SEO (Super Elite Orchard) High Growth menunjukkan bahwa gmelina arborea, pada rotasi kedua pertumbuhannya menurun, menurut data yang diperoleh dari responden bahwa penurunan dari 100 % menjadi 60-70 %, padahal, minimal 75 % standar akreditas B untuk Gmelina arborea, jadi untuk Gmelina hanya mencapai standar akreditas C. Sebab di mana pada kenyataannya hanya 15 – 30 % saja yang terakreditasi lebih baik.
Potensi Gmelina di lokasi PTK 75/Zone 33 menunjukkan bahwa individu yang berasal dari Thailand diambil dan diseleksi yang terbaik (Super Elite) setelah 3 tahun. Pengamatan untuk daur kedua ini tidak sebaik daur pertama, yang mana performans daur pertama menghasilkan MAI 25 m3/ha/tahun, sedangkan MAI pada akhir daur kedua kemungkinan di bawah angka tersebut. Sampai praktek lapangan ini dilakukan, umur tanaman G. arborea baru mencapai 4 tahun,
Jarak tanam 10 x 10 m G.arborea untuk pengamatan SEO (Seed Elite Orchard) yang lebar ini dimaksudkan agar tajuk yang dihasilkan melebar, tujuannya untuk memudahkan diambil bijinya. Dengan luas areal 2, 5 ha atau 25.000 m2 pada jarak tanam tersebut membutuhkan 25 klon ( masing-masing 10 dan 15 pohon plus asal Costarica dan Thailand hasil progeny test) yang unggul/terbaik (Super Elite) dan dari setiap blok, di mana pengulangan sebanyak 10 blok. Selanjutnya, untuk pemeliharaan berupa pemberian pupuk KCl dan Urea sesuai kondisi tapak agar terpenuhi kebutuhan haranya, sehingga menghasilkan biji yang berkualitas untuk diseleksi lebih lanjut.
Pada obyek pengamatan petak 85 Zone 33 progeny test G. arborea Subline Thailand. Rancangan percobaan di lapangan menggunakan RCBD (Randomized Completed Blok Design) atau Rancangan Random Lengkap Berblok. Pengujian dilakukan pada 90 famili disertai 4 kontrol yaitu 2 SPA
(Seed Production Area) atau Areal Produksi Benih asal MKR dan Sebulu serta 2 CSO (Clonal Seed Orchard ) atau Kebun Benih Klon asal Sebulu dan Menamang. Jadi, terdapat perlakuan sebanyak 94 dengan ulangan 30 blok sama dengan 2.820 perlakuan. Dari 2.820 single tree plot. pada jarak tanam
3 x 3 m diperoleh luas 25.380 m2 setara dengan 2, 538 hektar. Dari hasill wawancara, G arborea Subline Thailand dimaksudkan sebagai hasil dari uji Progeni yang tampak bagus pada tahun 1995, kemudian diuji lagi (sekarang uji yang kedua) secara generatif tidak tampak peningkatan kualitas pertumbuhan sampai pada umur 3 tahun setelah tanam dan diestimasikan sampai pada akhir daur akan menghasilkan MAI yang lebih rendah dari ujii sebelumnya.
Hasil praktek ini tampak bahwa cabang dan ranting yang kering dan mudah patah, merupakan indikasi kurang cocoknya tapak untuk uji keturunan G. arborea. Subline Thailand dimaksudkan sebagai hasil dari Progeni yang berdasarkan hasil interview dengan responden di lapangan tampak bagus pada tahun 1995, kemudian diuji lagi (sekarang uji yang kedua) secara generatif. Informasi yang diperoleh untuk pertumbuhan pada pemupukan awal 200 gr TSP dan dua bulan kemudian 40 gram Urea. Dengan harapan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tegakan dapat terpelihara dengan baik.
Pemeliharaan pada uji progeny ini dilakukan dengan mengendalikan gulma. menggunakan roundup. Pada lokasi praktek didominasi oleh alang-alang (Imperata cylindirica). Alang-alang ini dapat menyebabkan kompetisii hara dan air tanah serta kemungkinan menimbulkan allelopati sehingga mengurangi tingkat kesuburan yang pada gilirannya dapat menurunkan produksi tanaman.
Hasil dari uji progeny selanjutnya dapat diaplikasikan pada kebun benih (seed orchard). Selanjutnya benih yang diperoleh dari uji progeny diamati pada kebun benih dapat melalui penjarangan untuk mempertahankan tegakan yang berkualitas, dan menebang yang kualitas jelek. misalnya performancenya kurang bagus, mudah terserang hama dan penyakit. Dari uji progeny pula dapat dikembangkan SSO (Seedling Seed Orchard) atau Kebun Benih Semai secara generatif.
Pada praktik ini obyek pengamatan terhadap Kebun Benih hanya pada CSO (Clonal Seed Orchard), tidak pada SSO (Seedling Seed Orchard). Hasil pengamatan Clonal Seed Orchard A. mangium pada umur 6 tahun setelah tanam menunjukkan pertumbuhan batang yang bagus dengan diameter tegakan yang lebih baik sehingga sampai akhir daun nanti ditaksir akan menghasilkan MAI yang tinggi. Pemilihan klon sangat menentukan kualitas batang yang dihasilkan, di mana kebun benih dibangun dari 35 klon asal CPT (Candidate Plus Tree) Eks Sebulu. Pengamatan dilakukan pada keseluruhan kebun benih seluas 3,5 ha setara dengan 35.000 m2 dengan jarak tanam 5 x 5 meter. Dari 40 ramet/klon, produksi yang dihasilkan bisa mencapai target 50 gram /pohon/tahun. Lebih lanjut dikemukakan oleh Daniel , dkk. (1987) bahwa dua cara utama pembangunan kebun benih yaitu dengan semai dan klon. Klon pada CSO ini diambil dari setiap fenotipe plus terseleksi. Penggunaan kemampuan gabung umum suatu kebun benih memberikan derajat pemuliaan lebih tinggi dalam menghasilkan progeny daripada metode areal produksi benih.
Hasil pengamatan SPA (Seed Production Area) diambil dari tegakan benih yang sudah teruji ditanam, meskipun dapat juga lokasi uji Progeny dijarangi untuk dijadikan kebun benih. Pada obyek pengamatan petak 5 A RKt 89 – 90 ini tampak telah penjarangan pada SPA A.mangium, dilakukan sebanyak 2 kali dengan perubahan jarak tanam 2 x 3 mawal menjadi jarak tanam akhir 8 x 10. Penjarangan yang telah dilakukan merupakan penjarangan keras dari 1866 menjadi 500 pohon pada penjarangan pertama atau sekitar 26,8 %, dan dari 500 menjadi 125 pohon pada penjarangan kedua atau sekitar 25 %. Lebih tepatnya, menurut Jonhston (1982) dalam Ruchaemi (2002) bahwa kekerasan penjarangan tergantung dari bidang dasar per hektar. Penjarangan dibagi dalam tiga kelas, yaitu kekerasan rendah (20 %), penjarangan keras sedang (40 1%) dan penjarangan ekstrim keras (60 %). Jadi, 125 pohon yang ditinggal pada penjarangan kedua ini merupakan pohon yang dipilih dalam penjarangan keras sedang. Frekuensi penjarangan disini sebanyak dua kali dimungkinkan setelah mengamati pertautan tajuk antar pohon Acacia mangium. Penjarangan merupakan bagian dari pemeliharaan dalam program pemuliaan bertujuan untuk mengurangi persaingan antar pohon dengan tujuan untuk memperbaiki tegakan tersebut. Penjarangan juga menciptakan ruang tumbuh yang lebih baik untuk pengembangan bagi tajuk dan akar untuk meningkatkan riap diameter bagi tegakan tinggal yang menghasilkan performans kayu yang lebih berkualitas, serta memelihara hanya pohon-pohon dengan kualitas yang lebih baik. Dalam kaitannya dengan pohon yang ditinggal akan berkembang tajuk dan mengisi kekosongan yang ditinggal oleh pohon yang ditebang. Penjarangan berpengaruh pula pada pertumbuhan diameter batang, bertambahnya ketebalan kulit, dan sinar matahari dapat mencapai cabang bawah, dan mata kayu dalam batangpun menjadi lebih besar.
Penjarangan keras pada penggunaan areal produksi benih merupakan salah satu metode pemuliaan pohon. Daniel, dkk. (1987) mengemukakan bahwa tegakan-tegakan dengan fenotife lebih baik daripada rata-ratanya diseleksi dan direncanakan untuk produksi benih. Biasanya tegakan ini dijarangi seleksi keras (pengambilan fenotife- fenotife terjelek dan pembukaan tegakan) untuk meningkatkan kualitas batang rata-rata dan menaikkan produksi benih. Areal produksi benih yang terjarangi demikian ini memberikan benih yang dimuliakan, dengan derajat pemuliaan yang tergantung pada diferensial seleksi yang dikembangkan dari permulaan seleksi tegakan dan penjarangan berikutnya yang dilakukan.
Saat ini PT Surya Hutani Jaya melalui tim Litbang mengembangkan pula program tree improvement A. mangium. Tanaman A. mangium tampak penampilannya yang baik, sehingga litbang di Sebulu ini akan mengembangkan bank klon. Pengamatan CSO (Clonal Seed Orchard dengan perlakuan rouging (penjarangan) memperlihatkan performance tanaman A. mangium dengan mengambil benih yang telah teruji di Subanjeriji, Sumatera Selatan. Dengan perlakuan silvikutur pemeliharaan selama 2 tahun, untuk mengembangkan bank klon.
Selain dilakukan pengamatan uji progeny pada G. Arborea, juga diamati uji progeny pada A. mangium. Secara visual di lapangan, tampak bahwa pertumbuhan A. mangium lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan G Arborea, artinya secara genetik lebih baik ditanami A. mangium untuk kondisi tapak di Lokasi Camp 86/33. Pengamatan A. mangium sekitar 1,5 tahun setelah tanam mengunakan jarak tanam rapat 3 x 3 meter dapat mencegah pembentukan cabang-cabang yang besar seperti pada obyek yang diamat. Jika dikaitkan dengan aspek teknis silvikultur, Kustiawan (1989) mengemukakan bahwa pemilihan jarak tanam ini tergantung dari kondisi ekonomi, seperti gaji buruh, permintaan kayu, dan kualitas kayu yang diharapkan.
Peletakan dari plot dilapangan dilakukan dengan Split Plot Design dengan Rancangan Dasar RCBD. Uji progeny pada percobaan ini digunakan untuk mengevaluasi nilai genetik dari pohon yang dipilih dari provenans Papua New Guinea (PNG) dan New Zeeland dengan beberapa familinya serta Comersial Cek CSO lokal Sebulu dan Menamang. Melalui uji progeny, dapat diketahui berapa nilai-nilai genetik dari induk-induk tertentu. Nilai-nilai genetik tersebut biasanya diskoring mulai dari provenans/ famili : Alambak Fly River up, famili Bimadebun Village wp, Wipim district wp, Oriomo sawmill wp, Sw of Boset up, Pongki e of morehead, SSO Kuranda PNG SE, SSO Cardwell PNG, SSO S Cardwell, dan Comercial Cek : CSO Sebulu, CSO Menamang, sampai CSO HD (High Density) Sebulu (lokal). Menurut Zobel dan Talbert (1984) uji keturunan dapat menjadi suatu metode seleksi yang tepat sekali, karena uji ini membiarkan penaksiran langsung nilai-nilai pengembangbiakan untuk digunakan dalam proses seleksi. Uji keturunan secara umum bukan merupakan bentuk awal seleksi untuk kebanyakan program pemuliaan pohon.
Pembuatan uji progeny untuk memperoleh informasi genetik suatu jenis tanaman. Uji progeny dapat juga berfungsi sebagai metode pemuliaan seleksi yang diubah menjadi kebun benih dan juga dapat merupakan bahan pemuliaan lebih lanjut. Bisa juga kombinasi uji progeny dan uji provenans, sebagaimana hasil praktek pada species A. mangium menggunakan plot progeny trial dan plot provenance trial. Dalam pemuliaan pohon tiap kegiatan harus memiliki tujuan dan tidak berdiri sendiri, tetapi ada hubungan satu sama lain. Tentunya diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang banyak. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari praktek, penelitian dan pelatihan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar