Sabtu, 28 November 2009

Praktikum Metodologi Penelitian (rancangan percobaan)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi selain kuliah secara dua arah (two away traffic) juga dilakukan dengan cara Problem Based Learning (PBL) untuk menunjang kualitas pendidikan dan membekali kemampuan mahasiswa untuk memecahkan masalah di lapangan. Oleh karenanya proses belajar-mengajar tersebut sangat perlu ditunjang oleh berbagai praktek dan penyesuaian dengan teori yang didapat di dalam bangku kuliah (universitas).
Praktikum adalah sarana untuk mengenal secara langsung aplikasi teori dan praktek secara terpadu. Dengan cara praktek yang bersifat demonstrasi mahasiswa belajar lebih efektif, di mana ia akan memperoleh pengalaman, merefleksikan pengalaman tersebut, membuat generalisasi, kemudian menggunakan apa yang telah mereka pelajari dan mereka praktekkan di lapangan.
Dalam rangka mendapatkan pengalaman praktis dan penerapan Mata Kuliah Metodologi Penelitian (rancangan percobaan), dilakukan Praktek Lapangan. Praktek ini dilakukan di Hutan Pendidikan Unmul, Lempake.

B. TUJUAN
Tujuan dari Praktek Lapangan rancangan percobaan ini adalah :
1. Penerapan pemahaman aspek teori rancangan percobaan di lapangan.
2. Mengetahui analisis data dalam mendapatkan ketelitian pencocokan (fitting) data terhadap sistem distribusi yang diselidiki.




II. METODE PRAKTEK

A. PELAKSANAAN

1. Hari/Tanggal : Minggu, 18 Desember 2005
2. Waktu : 09.30 WITA sampai selesai
3. Lokasi : Hutan Pendidikan UNMUL – Lempake
4. Peserta : Semester I Tahun Akademik 2005/2006
5. Peralatan : Kompas, tali rapia, meteran, parang, tally sheet


B. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Unit pengamatan
Setiap kelompok membuat plot pengamatan dengan ukuran :
Empat Persegi Panjang : 0,08 ha (40 m X 20 m)
0,10 ha (50 m X 20 m )
Bujur sangkar : 0,04 ha (20 m X 20 m)

2. Parameter
Parameter dalam Praktek Lapangan ini adalah keliling pohon atau diameter pohon yang lebih besar atau sama dengan 5 cm setiap jenis yang diukur di atas atau sama dengan 1,30 M dari permukaan lahan; di atas (biasanya 20 cm dari puncak banir) bila berbanir.

3. Prosedur
a. Randomisasi kelompok mahasiswa praktek
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman Tahun Akademik 2005/2006 yang hadir mengikuti praktek lapangan di Lokasi Hutan Pendidikan UNMUL – Lempake terdiri dari 12 orang dibagi ke dalam tiga kelompok masing-masing terdiri dari empat orang tiap kelompok.
III. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK


1. Lokasi
Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman (UNMUL) Lempake terletak kurang lebih 12 Km sebelah Timur Laut dari kampus UNMUL Samarinda. Secara geografis terletak antara 0o25’10” – 0o25’24” Lintang Selatan (LS) dan 117o14’00” – 117o14’14” Bujur Timur (BT). Ada pun secara administrasi pemerintahan termasuk wilayah Desa Lempake, Kecamatan Samarinda Ilir, Kotamadya Samarinda, Propinsi Kalimantan Timur. Sedangkan menurut pembagian wilayah pemangkuan hutan termasuk dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mahakam Ilir, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur. Lokasi praktek ini terdapat pada Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) seperti terlihat pada gambar sketsa areal praktek (Lampiran 1).
2. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut SCHMIDT dan FERGUSON, pada kawasan Hutan Pendidikan UNMUL termasuk dalam tipe iklim A dengan nilai Q = 0 – 14,3%, yang berasal dari perbandingan rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) dan rataan bulan basah (curah hujan > 60 mm), sehingga diperoleh nilai Q = 13,1%. Hal Ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut termasuk sangat basah dengan curah hujan relatif tinggi. Ada pun curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, sebaliknya curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan temperatur bulan rataan + 26,6 oC, kelembaban bulanan rataan + 83,6% dan curah hujan rataan + 161,3 mm.
3. Fisiografi dan Topografi
Kondisi fisiografi dan topografi kawasan hutan Pendidikan UNMUL termasuk dalam kelompok Kutai Valley and Ridge Fold Belt (50 – 1.500 m dpl). Relief kawasan tersebut bergelombang sampai agak berbukit dan ketinggian tempat berkisar antara 52 – 76 m dpl.
4. Geologi dan Tanah
Kondisi geologi kawasan hutan pendidikan UNMUL tersusun atas batu-batuan quaternary dan miocene serta endapan alluvial pada periode kuater, sedangkan jenis-jenis tanahnya tersusun oleh tanah pasiran /geluh lempung yang disertai dengan endapan batuan kapur dari zaman miocen yang dapat diklasifikasikan ke dalam tanah podsolik merah dan podsolik kuning.
5. Hidrologi
Berkaitan dengan lokasi hutan pendidikan UNMUL Lempake terdapat di bagian tengah hulu sub DAS Karang Mumus, kondisi seperti itu dapat mengakibatkan cabang-cabang sungai Karang Mumus yang berada di dalam kawasan hutan pendidikan tersebut tidak terpengaruh oleh pasang surut aliran sungai. Sehingga aliran airnya terutama berasal dari curah hujan yang turun di kawasan tersebut yang selanjutnya mengalir ke arah selatan menuju sungai Mahakam. Mengacu pada pola jaringan saluran sungainya (drainage network) dan kondisi hidrologinya bercirikan pola percabangan pohon (dendritic pattern). Sementara itu sungai Mahakam tersebut yang posisinya di sebelah selatan kawasan tersebut, limpasan airnya mengalir ke arah timur yang selanjutnya menuju ke selat Makassar.
6. Flora dan Fauna
Jenis-jenis flora dan fauna di dalam dan di sekitar hutan pendidikan UNMUL Lempake termasuk kelompok hutan tropis lembab dataran rendah yang didominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae. Adapun jenis flora yang berupa jenis-jenis pohon dapat dilihat pada Lampiran 2.
Jenis-jenis fauna untuk famili mamalia: orang hutan (Pongo pygmaeus), rusa (Cerrus sp), kancil (Tragalus javanicus), dan beruang (Helarctos malayanus). Jenis-jenis dari famili reptilian seperti buaya (Crocodile sp), ular biru (Blue snake) dan ular pyton (Phytons), dan jenis-jenis dari famili lainnya ( Anonim, 1999 ).





















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Data Lapangan
Data hasil pengukuran di lapangan yang berupa keliling pohon (cm) pada unit pengamatan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Pohon-pohon yang diukur adalah semua jenis pohon dalam plot pengamatan yang memiliki keliling  15,8 cm. Data hasil pengukuran tersebut kemudian diolah menjadi data bidang dasar pohon (cm2) yang selanjutnya dihitung per plot ukur dan dianalisis dalam satuan m2/ha.

2. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah (Tabel 1) dan dianalisis berdasarkan Rancangan petak berjalur (Tabel 2) .
Tabel 1. Data Bidang Dasar (Basal Area) Per Hektar (m2/ha) dan Olahannya.
Panjang Jalur Lebar jalur Kelompok/Blok Total ab Rataan ab
a1 b1
b2
b3 1,9086
2,9907
2,6721 1,0496
1,1025
1,4394 1,2117
1,0988
0,8509 4,1699
5,1920
4,9624 1,3900
1,7307
1,6541
Sub total
Rataan 7,5714
2,5238 3,5915
1,1972 3,1614
1,0538 14,3243
1,5916
a2 b1
b2
b3 3,0977
2,8309
2,5172 1,1849
1,0644
1,1296 1,0594
1,1481
1,1989 5,3420
5,0434
4,8457 1,7807
1,6811
1,6152
Sub total
Rataan 8,4458
2,8153 3,3789
1,1263 3,4064
1,1355 15,2311
1,6923
Total 16,0172 6,9704 6,5678 29,5554
Rataan 2,6695 1,1617 1,0946 1,6420


Tabel 2. Tabel Anova Hasil Pengolahan Data.
SV DB JK KR F F0,05 F0,01
Blok
A
Galat 1
B
Galat 2
AB
Galat 3 2
1
2
2
4
2
4 9,5165
0,0441
0,0200
0,0457
0,0993
0,1892
0,5288 4,7583
0,0441
0,0100
0,0228
0,0248
0,0946
0,1322 F (Blok)
0,44ns
-
0,92ns
-
0,72ns
- -
18,51
-
6,94
-
6,94
- -
98,49
-
18,00
-
18,00
-
Total 17 10,6236 - - - -
Keterangan:
ns = tidak berbeda secara signifikan.


Catatan:

F (Blok) mempunyai tiga nilai yang masing-masing ditinjau dari faktor A, B dan AB, yaitu berturut-turut:
Fa = KR Blok/JK Galat 1 = 4,7583/0,0100 = 475,83**; F0,05(2/2) = 18,51; F0,01(2/2) = 98,49.
Fb = KR Blok/JK Galat 2 = 4,7583/0,0248 = 191,78**; F0,05(2/4) = 6,94; F0,01(2/4) = 18,00.
Fab = KR Blok/JK Galat 3 = 4,7583/0,1322 = 35,97**; F0,05(2/4) = 6,94; F0,01(2/4) = 18,00.
** = Signifikan pada taraf 1% (sangat signifikan).
B. PEMBAHASAN
Melihat jenis-jenis yang ditemukan di lokasi praktek maka dapat dijadikan indikator bahwa areal yang demikian adalah hutan sekunder muda yang biasanya didominasi oleh jenis-jenis antara lain : Macaranga spp, Malotus sp Trema spp, Homalanthus spp dan lain-lain. Jenis-jenis ini biasanya disebut kelompok jenis pioneer.
Jenis-jenis yang demikian bermunculan disaat ada gap tercipta di hutan alam. Dengan adanya gap atau celah ini maka jenis-jenis tersebut akan berkecambah dan tumbuh dengan cepat karena adanya sinar matahari yang diterima sebagai akibat adanya gap atau celah. Gap ini benar-benar dimanfaatkan dengan baik, sehingga kelompok pioner tersebut akan tumbuh cepat dan mengisi celah-celah atau gap yang tercipta.
Ukuran pohon yang mendominasi areal praktek sebagian besar masih berukuran kecil dan masih memperlihatkan pertumbuhan, hanya sejumlah kecil yang berukuran besar. Pada waktu pohon masih berukuran kecil ini belum ada persaingan antar tajuk. Persaingan yang ada adalah hanya perebutan untuk memanfaatkan unsur hara yang ada dalam tanah. Oleh karena itu masing-masing individu dapat tumbuh dengan leluasanya dan tidak mendapat halangan dari pohon-pohon lainnya. Oleh karena itulah maka tidak ada pengaruh (non signifikan) antara LBD (Luas Bidang Dasar) dengan jumlah pohon tetangga (JPT) dan jumlah cabang (JC).
Persaingan akan muncul di saat tajuk antar pohon sudah mulai bersinggungan satu sama lain. Pada saat yang demikian baru ada pohon-pohon yang mati karena tidak tahan bersaing dan ada pula yang tumbuh merana karena tertekan oleh pohon yang lain.
Berdasarkan hasil pada Tabel 2 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara blok perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa terdapat diameter yang bervariasi antara blok sehingga basal area (luas bidang dasar) juga menunjukkan perbedaan.
Perlakuan A (yaitu a1 dan a2) tidak menunjukkan perbedaan signifikan, demikian pula perlakuan B dan interaksi AB tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan luasan plot yang berbeda luas bidang dasar yang dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan karena dalam lokasi praktek terdapat diameter yang bervariasi namun rata-rata diameter masih kecil (dalam masa pertumbuhan).






















V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel Anova dapat disimpulkan bahwa:
1. Blok : Berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil percobaan pada taraf  = 1%; baik bersama dengan A, B, maupun bersama dengan AB.
2. Perlakuan : Tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil percobaan pada taraf  = 5%; baik bersama dengan A, B, maupun bersama dengan AB.

B. SARAN

Sebaiknya Unit Petak Pengukuran untuk mendapatkan data statistik Luas Bidang Dasar (LBD) di Hutan Pendidikan UNMUL Lempake digunakan perlakuan dengan Plot lebih luas dengan panjang sisi 50 x 50 m (0.25 ha) dan jumlah perlakuan serta blok yang lebih banyak supaya diperoleh data yang lebih mewakili keadaan sesungguhnya.










DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Eksperimen Design untuk Para Peneliti Pertanian.

Sugiyono. 2001. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung

Sutisna, M., 1999. Dinamika Suksesi Klasifikasi Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar