DASAR TEORI
A. Manajemen Keuangan
Ilmu manejemen keuangan berhubungan dengan keputusan-keputusan keuangan suatu perusahaan. Secara umum keputusan keuangan perusahaan dapat dibedakan dalam:
a. Keputusan investasi tentang alokasi dana ke berbagai macam aktivitas atau aktiva.
b. Keputusan mendapat modal dalam suatu campuran yang cocok antara utang luar dan modal sendiri.
c. Keputusan pembayaran dividen kepada pemegang saham.
d. Keputusan lainnya seperti ekspansi eksternal, leasing dan lain-lain.
Untuk mengambil semua keputusan ini diperlukan metode-metode analisis. Tugas untuk melakukan analisis dan mengambil keputusan keuangan perusahaan ini merupakan tugas manajer keuangan, secara singkat tugas manajer keuangan ini adalah keputusan investasi, keputusan pembiayaan, dan suatu kombinasi dari keputusan investasi dan pembiayaan.
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut, seorang manajer keuangan harus mengetahui 4 aspek yaitu:
a. Mengetahui pasar modal. Seorang manajer keuangan merupakan seorang perantara antara perusahaan dan pasar modal dimana saham perusahaan diperdagangkan.
b. Mengetahui nilai. Untuk meningkatkan kekayaan para pemegang saham secara konsisten, manajer keuangan harus mengetahui bagaimana aktiva financial dinilai.
c. Mengetahui tentang pengaruh waktu dan ketidakpastian. Seorang manajer keuangan harus mengetahui bagaimana nilai aktiva akan berbeda karena waktu dan ketidakpastian earnings dimasa mendatang mempengaruhi nilai dari prospek investasi.
d. Mengetahui operasional perusahaan. Seorang manajer keuangan perlu mengetahui operasional perusahaan agar dapat mengambil keputusan dengan benar.
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Kesuksesan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan manajer keuangan untuk beradaptasi terhadap perubahan, meningkatkan dana perusahaan sehingga kebutuhan perusahaan dapat terpenuhi, investasi dalam aset-aset perusahaan dan kemampuan dalam mengelolanya secara bijaksana. Apabila perusahaannya dapat dikembangkan dengan baik oleh manajer keuangan, maka pada gilirannya kondisi perekonomiannya secara keseluruhan juga lebih baik.
Menurut Agus Sartono (2001 : 6), mendefinisikan manajemen keuangan adalah : “Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan efisien.”
Menurut Gerald J. White (2003 : 20), mendefinisikan manajemen keuangan adalah sebagai berikut:
“Financial Management is a process of implementing and managing financial control system, collecting financial data, analizing financial control system, analyzing financial report and making financial decisions based on the analyses. Financial management reguires knowing how to read an interprest three key documents : a cash flot projection-worksheet, a balance sheet, and an income statement.”
Menurut Agus Sabardi (2000 : 2-4), mendefinisikan manajemen keuangan adalah sebagai berikut:
“Manajemen keuangan dapat diartikan kegiatan tentang investasi, pembelanjaan dan pengelolaan asset-asset”.
Jadi keputusan dari manajemen keuangan dapat dipisahkan menjadi tiga yaitu :
1. Keputusan Investasi yaitu keputusan dari penetapan jumlah asset yang akan digunakan oleh perusahaan.
2. Keputusan Pembelanjaan yaitu menentukan bahwa total asset yang tampak dalam neraca harus dipenuhi dari modal sendiri.
3. Keputusan Manajemen Asset yaitu keputusan tentang pengelolaan asset perusahaan secara efektif dan efisien.
Menurut Joel F. Houston dan Eugene F. Bringham (2001 : 3-4), fungsi dan tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut :
a. Fungsi :
Merencanakan, mencari, dan memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimalkan efisiensi (daya guna) dalam operasi perusahaan. Hal ini memerlukan pengetahuan akan pasar uang dari mana modal diperoleh dan bagaimana keputusan yang tepat dibidang keuangan harus dibuat dan efisiensi dalam operasi perusahaan dapat digalakkan.
b. Tujuan :
Memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau investor.
Dari pengertian-pengertian di atas, maka penulis mencoba menarik kesimpulan mengenai manajamen keuangan yaitu semua aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan usaha memperoleh dana yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin dalam rangka memaksimumkan nilai perusahaan guna meningkatkan kemakmuran para pemegang saham (stockholder).
2. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan berkaitan erat dengan bidang akuntansi. Kegiatan akuntansi pada dasarnya merupakan kegiatan mencatat, menganalisis, menyajikan, dan menafsir data keuangan dari lembaga perusahaan dan lembaga lainnya. Bagi lembaga yang bertujuan memperoleh keuntungan, akuntansi memberikan metode untuk menentukan apakah lembaga tersebut memperoleh keuntungan atau sebaliknya menderita kerugian sebagai hasil dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Akuntansi dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu akuntansi (laporan keuangan) dapat dipakai sebagai alat komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Dan karena fungsi-fungsi inilah akuntansi sering disebut sebagai “language of business.”
Kondisi keuangan dan hasil operasi (kinerja) perusahaan yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan pada hakikatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak-pihak yang ada dalam perusahaan maupun pihak-pihak yang berada diluar perusahaan.
Menurut Zaki Baridwan (2000 : 7), “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”.
Menurut S. Munawir (2001 : 5), mendefinisikan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
“Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan)”.
Menurut Zaki Baridwan (2000 : 4-6), tujuan laporan keuangan dikelompokkan menjadi tujuan utama dan tujuan kualitatif.
Adapun ikhtisar tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Memberi informasi yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dan aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba.
c. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d. Memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi serta perubahan kewajiban.
e. Mengungkapkan informasi yang relevan bagi kebutuhan para pemakai laporan keuangan.
2. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Relevan
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunanya.
b. Dapat dimengerti
Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah.
c. Daya uji
Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif.
d. Netral
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
e. Tepat waktu
Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
f. Daya banding
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan pada periode sebelumnya dari perusahaan yang sama.
g. Lengkap
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.
Menurut Hennie Van Greunig (2001 : 3), tujuan laporan keuangan adalah :
“The objective of financial statement is to provide information about the financial statement (balance sheet), performance (income statements), and change in financial position (cash flow statements) of an entity; this information should be useful to a wide range of users for the purpose of making economic decisions”.
Menurut Ridwan S. Sudjaja dan Inge Barlian (2003 : 76-77), Laporan keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan antara lain :
a. Investor
Investor sebagai penanam modal berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Informasi keuangan digunakan sebagai informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
b. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas, profitabilitas perusahaan, dan informasi keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman menggunakan data keuangan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan tersebut dalam membayar kembali hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya membutuhkan informasi keuangan untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan
Para pelanggan memerlukan informasi mengenai kelangsungan aktivitas perusahaan, terutama jika ada perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang terkait membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
h. Manajemen perusahaan
Manajemen perusahaan memperhatikan dan memenuhi segala peraturan penyusunan laporan keuangan, memberi kepuasan baik kepada kreditur maupun pemilik serta memantau keadaan perusahaan.
Sofyan Syafri Harahap (2004 : 16), Menurut Standar Akuntansi Keuangan sifat dan keterbatasan dari laporan keuangan sebagai berikut:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa / transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas).
7. Laporan keuangan disusun menggunakan istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya pelbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
Laporan keuangan merupakan suatu produk akhir dari proses kegiatan- kegiatan akuntansi dalam suatu usaha serta dapat dijadikan sebagai bahan penguji dalam pekerjaan menganalisis pembukuan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan pada waktu tertentu.
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari :
Neraca (Balance Sheet)
Neraca merupakan laporan yang memberikan informasi mengenai jumlah harta, utang dan modal perusahaan pada saat tertentu. Angka-angka yang ada dalam neraca memberikan informasi yang sangat banyak mengenai keputusan yang telah diambil oleh perusahaan.
Menurut Abdul Halim dan Sarwoko (1999 : 28), memberikan pengertian “Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada akhir periode akuntansi. Neraca menunjukkan bagaimana sumber-sumber yang dimiliki (aktiva) dibelanjai dengan hutang dan modal sendiri.”
Menurut Ridwan S. Sudjaja dan Inge Barlian (2003 : 81-84), pos-pos perkiraan yang dapat dilihat pada neraca adalah:
1. Aktiva
Aktiva terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain
1.1 Aktiva lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut:
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan; atau
b.Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau
c.Berupa kas atau setara kas yang penggunannya tidak dibatasi.
1.2 Aktiva tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
1.3 Aktiva lain-lain
Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap dan juga tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/ penyertaan maupun aktiva tak berwujud.
2. Hutang
Hutang adalah kewajiban-kewajiban perusahaan. Hutang dapat dibagi dalam hutang lancar dan hutang jangka panjang.
2.1 Hutang lancar (kewajiban jangka pendek)
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau
b.Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang adalah hutang perusahaan yang akan dibayar dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun.
3. Modal
Modal / ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan akta pendirian yang berlaku.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dilihat bahwa pada dasarnya suatu neraca terdiri atas 3 (tiga) komponen yaitu aktiva, kewajiban dan modal, dimana pengertian aktiva tidak hanya terbatas pada kekayaan yang berwujud saja tetapi dapat pula berupa kekayaan yang tidak berwujud seperti hak paten, goodwill, dan lain-lain. Sedangkan hutang adalah segala kewajiban keuangan perusahaan pada pihak lain yang belum dipenuhi, yang mana hutang ini merupakan salah satu dari sumber dana atau modal yang berasal dari kreditur. Dan modal menunjukkan jumlah dana yang ditanamkan dalam perusahaan.
2.2 Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan salah satu bentuk laporan keuangan yang umum digunakan untuk melihat hasil dari operasional perusahaan selama periode tertentu. Biasanya laporan ini disusun dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kontribusi dan pendekatan fungsional. Pendekatan kontribusi membagi biaya-biaya kedalam dua sifat pokok yaitu biaya variabel dan biaya tetap yang biasanya dipergunakan dalam pengambilan keputusan manajemen berkaitan dengan perencanaan biaya, volume, dan laba. Sedangkan pendekatan fungsional memberikan informasi mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap fungsi utama dalam perusahaan (fungsi produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan umum serta fungsi keuangan).
Menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian (2003 : 78), “Laporan laba rugi adalah laporan mengenai penghasilan, biaya, laba / rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu”.
Menurut S. Munawir (2001 : 26-27), bentuk laporan laba rugi adalah sebagai berikut:
1. Bentuk single step, yaitu menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok, dan semua biaya menjadi satu kelompok, sehingga menghitung laba atau ruginya hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
2. Bentuk multiple step, dalam bentuk ini dilakukan pengelompokkan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan laba-rugi adalah laporan yang menggambarkan tentang kondisi keuangan perusahaan dalam suatu periode akuntansi yang diperoleh dari penjualan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2.3 Laporan Laba Ditahan
Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan (corporation), disamping disajikan laporan laba-rugi juga perlu disajikan laporan yang memperhatikan perubahan laba ditahan (statement of retained earnings). Laba yang diperoleh perusahaan tidak semuanya dibagikan kepada pemilik (pemegang saham) sebagai dividen tetapi sebagian akan ditahan dan ditanamkan kembali dalam perusahaan untuk berbagai keperluan.
Menurut Djarwanto Ps. (2002 : 53), “Laporan laba ditahan adalah laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan”.
Menurut Ridwan S Sudjaja dan Inge Barlian (2003 : 87), “Laporan laba ditahan merupakan laporan laba yang berasal dari tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai dividen”.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa laporan laba ditahan merupakan laba yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham tetapi ditanamkan kembali dalam aktivitas perusahaan.
2.4 Laporan Arus Kas
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 4), “Laporan arus kas merupakan ikhtisar arus kas masuk dan keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan”.
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 114), setiap usulan pengeluaran modal (capital expenditure) selalu mengandung 2 macam aliran kas (cash flow), yaitu :
1. Aliran kas keluar neto (net annual outflow of cash), yaitu diperlukan untuk investasi baru, dan
2. Aliran kas masuk neto tahunan (net annual inflowof cash), yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut “net cash proceeds” atau dengan istilah “proceeds”.
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan.
Dengan mengadakan analisis terhadap laporan keuangan akan dapat dilihat keadaan dan perkembangan finansial perusahaan, serta dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk penyusunan rencana dan kebijakan yang lebih baik dimasa yang akan datang
3. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ketahun untuk mengetahui arah perkembangannya. Data keuangan perlu disusun dan disederhanakan kemudian dianalisis dan ditafsir sehingga dapat memberikan informasi yang berarti bagi pihak-pihak yang menaruh perhatian pada perusahaan yang bersangkutan.
Dalam menganalisis laporan keuangan masing-masing pihak mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Perbedaan kepentingan akan membawa perbedaan dalam cara menganalisis laporan keuangan dan perbedaan dalam tekanan-tekanan yang diberikan pada analisis tersebut. Dengan kata lain, penafsiran atas hasil analisis laporan keuangan suatu perusahaan akan tergantung pada kedudukan dan kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 190), analisis laporan keuangan sebagai berikut :
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keuntungan yang tepat”.
Menurut Djarwanto Ps. (2002 : 61), metode dan teknik analisis laporan keuangan sebagai berikut:
1. Analisis perbandingan neraca, laporan laba rugi, laporan laba yang ditahan dengan menunjukkan:
a. Data absolut (jumlah dalam rupiah)
b. Kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah
c. Kenaikan dan penurunan dalam jumlah persen
d. Perbandingan yang dinyatakan rasio
e. Persentase dari total
2. Analisis perubahan modal kerja
3. Analisis trend dari rasio unsur-unsur neraca dan data operasi yang ada kaitannya.
4. Analisis persentase per komponen dari neraca dan laporan laba-rugi.
5. Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur neraca, laporan laba rugi, dan kedua laporan keuangan tersebut.
6. Analisis perbandingan dengan rasio industri.
7. Analisis perubahan pendapatan neto atau analisis perubahan laba bruto.
8. Analisis titik impas atau analisis break-even point.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses analisa yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
3.1. Analisis Perbandingan
Analisis perbandingan merupakan teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lainnya, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingannya dalam bentuk angka perbandingan atau rasio.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 227), tujuan analisis perbandingan ini adalah “Untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan”.
Jadi dengan cara memperbandingkan laporan keuangan perusahaan, kita bisa melihat kondisi keuangan perusahaan dan dapat disimpulkan apakah kondisi keuangan perusahaan mengalami peningkatan atau penurunan.
3.2. Pengertian Kinerja Keuangan
Analisis kinerja keuangan adalah suatu kegiatan dalam menganalisis keadaan keuangan perusahaan beserta hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan pada periode tertentu.
Menurut Agnes Sawir (2003 : 28), mendefinisikan tentang analisis kinerja keuangan sebagai berikut:
“Analisis kinerja keuangan merupakan hal yang perlu untuk dilakukan untuk menilai apakah suatu laporan keuangan yang telah dilakukan mempunyai hubungan dalam mengambil suatu keputusan, maka alat-alat analisis keuangan merupakan suatu yang vital dalam meningkatkan kinerja keuangan, sehingga dalam menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan”.
Menganalisis kinerja keuangan perusahaan dengan baik maka dapat diketahui kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan, selain itu juga dapat menetapkan keputusan-keputusan baik secara strategis, operasi maupun pembiayaan. Untuk itu perlu suatu ukuran kinerja yang berhubungan dengan keuangan untuk menilai dan mengevaluasi kinerja keuangan tersebut.
3.3. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio merupakan salah satu alat ukur dalam menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang satu dengan pos-pos yang lain yang ada didalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos tersebut. Analsis rasio seperti halnya alat-alat yang lain disebut sebagai “Future Oriented”, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu itu dengan faktor-faktor di masa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.
Menurut S. Munawir (2001 : 37), mendefinisikan analisis rasio adalah sebagai berikut: “Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 298), adapun keunggulan analisis rasio adalah sebagai berikut:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan;
c. Mengetahui kondisi perusahaan ditengah industri lain;
d. Bermanfaat untuk bahan dalam mengambil keputusan;
e. Lebih mudah memperbandingkan perkembangan perusahaan dengan perusahaan lainnya;
f. Lebih mudah melihat trend perusahaan dan melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 298), adapun keterbatasan analisis rasio adalah sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya;
b. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio;
c. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
d. Keterbatasan yang dimilki laporan keuangan seperti laporan keuangan banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai subjektif, nilai yang terkandung didalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
Menurut Djarwanto Ps. (2002 : 146), Berdasar sumber datanya, rasio-rasio dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio aktiva tetap dengan utang jangka panjang, dan lain sebagainya.
2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio dan lain sebagainya.
3. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya rasio penjualan netto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio itu banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, namun demikian angka rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan atau kelompok, kelompok yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah didasarkan pada tujuan dari penganalisaan.
Menurut Mohamad Muslich (2000 : 47), Rasio keuangan dapat dikelompokkan kedalam empat kategori yaitu rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas.
Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kinerja keuangan daripada hanya melihat angka saja. Berikut ini adalah pengertian dari rasio-rasio tersebut.
3.3.1 Rasio Likuiditas
Kata likuiditas berasal dari kata likuid yang artinya cair, jadi likuiditas dapat diartikan sebagai alat untuk mengatur tingkat kecairan dari alat cair (aktiva lancar) terhadap hutang-hutang lancarnya yang harus segera dipenuhi.
Menurut Djarwanto Ps. (2002 : 147), “Rasio likuiditas bertujuan menguji kecukupan dana, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi”.
Menurut S. Munawir (2001 : 71-72), Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu:
1. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya; yaitu pada waktu ditagih (kewajiban keuangan terhadap pihak extern);
2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern);
3. Membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan;
4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, ada beberapa rasio yang dapat dipergunakan yaitu:
a. Rasio lancar (Current Ratio)
Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mungkin tidak akan mampu membayar hutang-hutang lancarnya dimasa yang akan datang apabila hutang tersebut telah jatuh tempo, sebaliknya current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan kegagalan perusahaan dalam mempergunakan sumber dana yang sudah tersedia tersebut secara efektif dan efisien. Walaupun demikian current ratio menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek.
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 26), Pengukuran current ratio ini adalah sebagai berikut:
“Bagi perusahaan yang bukan perusahaan kredit, current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun misalnya sampai lebih dari 50% maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi untuk menutupi hutang lancarnya.”
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa setiap perusahaan yang bukan perusahaan kredit seharusnya mempertahankan current rationya sebesar 2:1 atau 200% dan apabila current ratio sebesar 2:1 sudah ditetapkan sebagai rasio minimum yang harus dipertahankan oleh perusahaan, maka perusahaan tersebut dalam menarik kewajiban jangka pendeknya harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Selain itu perusahaan harus dapat mengetahui berapa besar kewajiban jangka pendek maksimum yang boleh ditarik oleh perusahaan supaya pedoman current ratio tersebut tidak dilanggar. Hal ini dimaksudkan, agar jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan yang bukan perusahan kredit mampu menutupi jumlah hutang lancarnya setiap saat.
b. Rasio cepat (Quick ratio / Acid Test Ratio)
Quick ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan tidak memperhitungkan persediaan karena persediaan dipandang sebagai elemen aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah dan paling sering mengalami fluktuasi harga.
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 27-28), pedoman umum yang digunakan untuk menentukan tingkat likuiditas dengan menggunkan quick ratio adalah sebagai berikut:
“Apabila kita menggunakan ratio untuk menentukan tingkat likuiditas maka secara umum dapatlah dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai quick ratio kurang dari 1:1 atau 100% dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.”
Rasio ini lebih tajam daripada current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, ini menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.
c. Rasio kas (Cash ratio)
Cash Ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan kas yang tersedia dalam perusahaan dan surat-surat berharga (efek) yang segera dapat diuangkan.
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 95), untuk dapat menentukan besarnya kas yang seharusnya tersedia dalam perusahaan adalah sebagai berikut: “Jumlah kas yang ada dalam perusahaan yang “well finance” hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar.”
Dengan demikian uang kas sebesar 5% sampai 10% yang ada dalam perusahaan diharapkan akan membuat operasi perusahaan sehari-hari dapat berjalan dengan lancar.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek.
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio untuk mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya.
Menurut S. Munawir (2001 : 240),“Rasio aktivitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
Ada beberapa rasio yang dapat digunakan yaitu:
a. Perputaran persediaan (Inventory Turnover), yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat perputaran persediaan diganti dalam satu tahun/periode. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat persediaan berputar maka semakin efisien perusahaan dalam mengelola persediaan tetapi sebaliknya jika rasio ini rendah berarti masih banyak stock barang yang belum terjual, hal ini akan menghambat cash flow sehingga berpengaruh terhadap keuntungan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan.
b. Periode rata-rata persediaan (Average Days Inventory), yaitu rasio yang menunjukkan periode rata-rata persediaan barang berada atau tersimpan digudang. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah hari dalam satu tahun dengan perputaran persediaan (Inventory Turnover).
c. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau merupakan ukuran keefektivitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Apabila rasio ini meningkat berarti penjualan mengalami peningkatan dan sebaliknya. Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara penjualan dengan total aktiva.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas ini bertujuan untuk mengukur kecepatan aktiva beserta unsur-unsurnya dikonversikan dari persediaan menjadi piutang yang selanjutnya kembali menjadi kas melalui penagihan-penagihan.
3.3.3 Rasio Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio leverage juga digunakan untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemilik dengan dana yang dipinjam perusahaan dari kreditur.
Menurut Napa J. Awat (1999 : 389), “Rasio leverage adalah rasio yang mengukur penjaminan hutang, baik dengan menggunakan total aktiva maupun modal sendiri”.
Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang ada dibelanjai dengan hutang adalah sebagai berikut:
a. Rasio hutang (Debt to Total Asset), adalah rasio yang memperlihatkan perbandingan antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki atau mengukur besarnya prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini, cenderung semakin besar resikonya bagi kreditur maupun pemegang saham. Rasio ini dihitung dengan cara membagi total hutang dengan total aktiva.
b. Rasio hutang terhadap modal (Debt to Equity Ratio), adalah rasio yang menunjukkan prosentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Rasio ini dihitung dengan cara membagi kewajiban dengan total ekuitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio leverage adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh aktiva yang dimiliki dibiayai oleh hutang.
3.3.4 Rasio Profitabilitas ( Rasio Rentabilitas)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal.
Menurut S. Munawir (2001 : 240), “Rasio rentabilitas adalah rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.”
Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai profitabilitas perusahaan adalah sebagai beikut:
a. Marjin laba bersih (Net Profit Margin), adalah rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang didapat dari penjualan yang dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak dengan penjualan.
b. Hasil atas total aset (Return on Total Assets), adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva.
c. Hasil atas ekuitas (Return on Equity), adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik didalam perusahannya sendiri. Rasio ini juga menunjukkan rentabilitas dan efisiensi modal sendiri. Makin tinggi rasio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat atau rentabilitas modal sendiri yang semakin baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba.
3.3.5 Pendekatan Du Pont
Sekitar tahun 1919, perusahaan Du Pont mulai menggunakan pendekatan tertentu terhadap analisis rasio untuk mengevaluasi efektivitas perusahaan. Pendekatan ini menggambarkan rasio aktivitas dengan rasio profitabilitas, untuk menentukan efektivitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahan dalam menghasilkan laba.
Menurut Ridwan S. Sudjaja dan Inge Barlian (2003 : 148), “Analisis sistem Du Pont digunakan oleh manajer keuangan untuk membedah secara terstruktur laporan keuangan dan menilai kondisi keuangan perusahaan. Sistem Du Pont menggabungkan laporan laba rugi dan neraca kedalam dua ringkasan alat ukur profitabilitas”.
Menurut Djarwanto Ps. (2002 : 177), “Analisis laporan keuangan dengan sistem Du Pont dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan antara Return on Equity (ROE), Return On Invesment (ROI), Profit Margin, dan Assets Turnover”.
Jadi rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham perusahaan.
B. Definisi Konsepsional
Dalam definisi konsepsional akan dikemukakan batasan mengenai konsep judul yang menjadi topik permasalahan didalam penulisan ini. Hal tersebut perlu dirumuskan secara tegas agar arah dalam penelitian ini dapat dikemukakan sesuai dengan teorinya yaitu sebagai berikut:
Menurut Agus Sartono (1999 : 8), “Manajemen keuangan merupakan manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.”
Menurut Zaki Baridwan (2000 : 7), “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Menurut Agnes Sawir (2003 : 28), mendefinisikan tentang analisis kinerja keuangan sebagai berikut:
“Analisis kinerja keuangan merupakan hal yang perlu untuk dilakukan untuk menilai apakah suatu laporan keuangan yang telah dilakukan mempunyai hubungan dalam mengambil suatu keputusan, maka alat-alat analisis keuangan merupakan suatu yang vital dalam meningkatkan kinerja keuangan, sehingga dalam menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan”.
Menurut S. Munawir (2001 : 37), mendefinisikan analisis rasio adalah sebagai berikut:
“Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut”.
Menurut Djarwanto Ps. (2002 : 147), “Rasio likuiditas bertujuan menguji kecukupan dana, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi”.
Menurut S. Munawir (2001 : 240), “Rasio aktivitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.”
Menurut Napa J. Awat (1999 : 389), “Rasio leverage adalah rasio yang mengukur penjaminan hutang, baik dengan menggunakan total aktiva maupun modal sendiri”.
Menurut S. Munawir (2001 : 240), “Rasio rentabilitas adalah rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.”
Menurut Djarwanto Ps. (2002 : 177), “Analisis laporan keuangan dengan sistem Du Pont dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan antara Return on Equity (ROE), Return On Invesment (ROI), Profit Margin, dan Assets Turnover”.
C. Kerangka Pikir
Berikut ini gambaran mengenai permasalahan pada kinerja keuangan yang terdapat dalam konsep di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan terdahulu, maka dapat dikemukakan dugaan sementara sebagai berikut:
“Diduga bahwa kinerja keuangan perusahaan PT Bintang Widyalestari pada tahun 2006 mengalami peningkatan dibanding tahun 2005”.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar