I. TANAH DAN LAHAN
Pemahaman tentang karakteristik tanah sebagai media pertumbuhan tanaman hutan bagi para rimbawan pada tahun-tahun belakangan ini telah menjadi masalah yang sangat penting terutama setelah adanya masalah yang sangat serius dalam pembangunan dan pengembangan Hutan Tanaman Industri yaitu Kegagalan secara total dimana-mana. Di PT.ITCI, pengembangan jenis Eucalyptus sp mengalami kegagalan, di PT. Inhutani I penanaman Acacia mangium gagal dan lain-lain.
Pemahaman tentang “ Tanah Hutan “ sangat tidak memadai terutama bagi rimbawan praktisi lapangan sehingga terdapat kegagalan HTI yang terjadi dimana-mana dan ini adalah bukti konkrit dari pemahaman yang serba kurang tersebut. Secara rinci penyebab utamanya adalah:
1).Kurangnya cakupan materi ilmu tanah dalam Kurikulum Ilmu Kehutanan.
2).Pemahaman akan tanah hutan yang salah selama ini dimana tanah hutan dianggap sebagai tanah yang bersifat selalu ”given” dan anggapan ini diberlakukan juga untuk pembangunan hutan tanaman industri.
Konsep dan pengertian tentang tanah dan lahan tidak benar-benar ditegaskan perbedaannya dimana keduanya berbeda secara serius dalam hubungannya dengan aspek Kapabilitas lahan dan kesesuaian lahan. Selanjutnya ditegaskan bahwa Tanah adalah media pertumbuhan tumbuhan di kulit bumi (Lithosfer) yang tersusun oleh mineral, bahan organic, air, dan udara. Lahan adalah bentang alam yang terdiri dari konponen-konponen geofisik yang mencakup tanah, iklim, vegetasi, sosial ekonomi dan budaya. Pada pengertian tentang lahan, jenis tanaman yang kapabel dan suitabel untuk dikembangkan pada tanah tersebut telah bisa diketahui.
Pendayagunaan lahan untuk berbagai kepentingan sangat tergantung kepada Kapabilitas dan kesesuaian lahan. Kapabilitas lahan diartikan sebagai potensi daya dukung tanah untuk menopang penggunaan lahan. Sedangkan Kesesuaian lahan adalah kecocokan penggunaan lahan dalam pengembangan komoditi tertentu misalnya untuk Agronomi, kehutanan, sawah, ekoturisme, dan lain-lain.
Kapabilitas lahan menyangkut kapabilitas lahan dalam arti kapabilitas tanah, kapabilitas iklim dan sosial ekonomi yang dianalisa secara benar untuk menghasilkan kesimpulan dan menjadi sumber keputusan bagi pengguna lahan.
Evaluasi kapabilitas lahan artinya evaluasi karakteristik dan sifat-sifat lahan guna kepentingan tertentu. Contoh: Secara makro apabila lahan telah dievaluasi untuk Perkebunan. Agar rekomendasinya lebih operasional maka evaluasi kesesuaian lahan harus memperlihatkan jenis tanaman apa yang suitable (cocok berdasarkan tempat tumbuh). Apakah untuk sawit, coklat, karet dan lain-lain.
Pada HTI, pertimbangan daya dukung lahan menetapkan jenis yang sesuai seperti jenis Gmellina arborea bisa untuk satu lahan tertentu tetapi tidak sesuai untuk jenis yang lain. Bila kapabilitas lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan jenis tertentu telah fix maka persoalan yang muncul adalah Bagaimana agar “Hasil Maksimal” dengan prinsip “Tidak mengganggu” lahan yang dibudidayakan.
Dalam menjawab hal ini maka pemahaman karakteristik tanah dapat menjawab dengan baik. Kebijakan yang diambil pasti berhubungan dengan “Tanah” sebagai tempat tanaman yang dibudidayakan. Lalu bagaimana konsep tentang tanah yang ideal ? Tanah yang ideal adalah tanah yang mempunyai keseimbangan fraksi mineral, bahan organik, air dan udara agar mampu menopang tegaknya tanaman, mampu memberikan unsur-unsur hara, air dan sirkulasi udara bagi tumbuhan. Secara rasio pendekatan persentasenya adalah 45 % mineral, 25 % air, 25 % udara dan 5 % bahan organik.
A.MINERAL:
Mineral merupakan sumber utama unsur hara bagi tanaman. Unsur hara yang diperlukan tanaman ada 2 bagian yaitu;
1.Unsur hara Makro: N, P, K, Ca, Mg, S yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif lebih banyak.
2.Unsur hara Mikro: Fe, Mn, Cu, Zn, B, Cl dan Co, yaitu unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif lebih sedikit (minimal 500 ppm, Forth, 1984).
Mengel dan Kirkby yang dikutip Binkley (1986) mengemukakan bahwa masing-masing element tersebut mempunyai model yang unik baik dalam hal Sumber, Transformasi maupun ketersediaannya bagi tanaman di bawah kondisi lingkungan yang bervariasi.
Nitrogen, Phosfor, Kalium dan Magnesium bersifat mobil di dalam tubuh tanaman. Bila tanaman mengalami kekurangan unsur hara maka akan terjadi gejala defesiensi. Berikut adalah unsur dengan fungsinya dalam tanaman.
1.NITROGEN (N):
N diserap dalam bentuk ion NO3- dan NH4+ dari tanah (Yuwono, 2002). N merupakan konponen utama penyusun Asam amino, amida, protein, Klorofil dan Alkaloid. Protoplasma disusun oleh 40-45% dari senyawa yang mengandung N.
Sumber N : Bahan organik tanah, pengikatan oleh Mikroorganisma, Pupuk dan Air hujan. Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein.
Defisiensi N: Tanaman Kerdil, pertumbuhan akar terbatas dan daun-daun menguning.
2.PHOSFOR (P):
P diserap dalam bentuk ion Ortophosphat primer (H2PO4-) dan ion Ortophospat sekunder (HPO4=). P berasal dari dalam tanah, bahan organic (pupuk kandang dan sisa tanaman), pupuk buatan (TSP, DS) dan mineral-mineral di dalam tanah.
P berfungsi dalam proses pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat proses pematangan (maturity), perkembangan akar, pembentukan Nukleoprotein, metabolisme Karbohidrat, penyimpanan dan pemindahan energi.
Defisiensi P: Tanaman Kerdil, pembelahan sel terganggu, daun-daun berwarna ungu/ coklat mulai dari ujung daun terutama pada tanaman yang masih muda.
3.KALIUM (K):
K diserap dalam bentuk ion K+ dan bersifat mobil dalam tubuh tanaman (sel, jaringan , Xylem dan Phloem).Kalium berasal dari Mineral Feldspar, mika, pupuk buatan dan lain-lain.
Fungsi K : Pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis seperti metabolisme sel, penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan, penyakit dan perkembangan akar (Harjowingno, 1987).
Defisiensi K : lemah batang tanaman, turgor berkurang, daun kering, warna daun coklat atau nekrosis. Jika penyerapan K tinggi maka penyerapan Ca, Na dan Mg biasanya turun sehingga perlu perimbangan keempatnya.
4.CALSIUM (Ca):
Ca diserap dalam bentuk Ca2+. Sumber : Mineral-mineral primer spt: Plagioklas; Karbonat (CaCO3 dan CaMg(CO3)2.
Ca berfungsi sbg: penyusun dinding sel tumbuhan, pembelahan sel, pertumbuhan (elongation).
Defisiensi:Tunas dan akar tidak tumbuh (pembelahan terhambat).
5.MAGNESIUM (Mg):
Mg diserap dalam bentuk ion Mg2+ dan unsur utama dalam penyusun Klorofil. Mg berasal dari mineral Kelam (Biotit, Augit, Horblende dan Amfibol); Garam (MgSO4) dan Kapur (CaMg(CO3)2.
Mg berfungsi : penyusun Klorofil, pembawa Posphat. Defesiensi : Klorosis diantara tulang daun dan daun tua.
Unsur Hara Mikro diperlukan dalam jumlah yang relative lebih kecil namun urgen. Kelebihan hara mikro akan menyebabkan keracunan tanaman. Mineral diartikan sebagai butiran tanah hasil penguraian batuan induk (agregasi mineral). Proses perubahan Mineral menjadi unsur hara dilukiskan:Agregat mineral (Desintegrasi)Mineral (Dekomposisi) hara. Hara diserap oleh tanaman dalam bentuk Ion.
Ukuran mineral dapat diperinci sebagai berikut:
1). Pasir : diameter butirannya > 0,002 – 0,05 mm. (2 u -50 u)
2). Lempung: diameter butirannya antar 0,05 – 0.002 (50 – 2 u)
3). Liat : diameter butirannya < dari 0,002 m m. (< 2 u)
4). Koloid : diameter butirannya < 0,001 m m.( < 1 u)
Tanah yang baik hendaknya memiliki keseimbangan ke 4 ukuran ini sehingga membentuk kelas tekstur tanah geluh (loam). Pasir dan lempung mempengaruhi sifat fisik tanah. Sedangkan liat dan koloid mempengaruhi sifat kimia tanah. Butiran yang berukuran lebih kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga mampu menampung air dalam jumlah yang banyak dan hara dalam jumlah yang melebihi kebutuhannya sehingga bisa menyimpan stock (gudang hara). Implikasi luas permukaan yang lebih luas adalah kandungan liat dan koloidalnya lebih tinggi artinya akan lebih efektif dalam pemupukan.
Konsentrasi liat berbeda maka daya serap pupuk berbeda. Hal inilah yang disebut Kapasitas Tukar Kation (KTK). KTK diartikan sebagai kemampuan tanah untuk menyerap dan mempertukarkan ion dalam satuan berat tertetu (me/100 `gr) tanah. Liat illit, kaolinit dan montmorillonit berbeda daya serapnya terhadap pupuk.
Mineral berasal dari batuan induk yang mengalami desintegrasi secara fisik dan dekomposisi secara kimia. Batuan induk asal mineral dikenal seperti: Feldspar, Orthoklas, Mika, Plagioklas, Hipersten, Aquit, Horblende. Tiap batuan induk ini mempunyai kembang susut tertentu terhadap pengaruh luar terutama oleh temperatur dan kelembaban sehingga menyebabkan keretakan/ pemecahan sehingga menjadi Mineral, pasir, debu, liat dan koloid. Mineral yang lunak akan lebih cepat terurai sehingga cepat habis. Berdasarkan kekerasan mineral maka Talcum merupakan mineral yang paling mudah pecah dan tersulit adalah Intan. Mineral padat yang tidak mampu lagi menopang hara tanah maka minimal akan menjadi penopang berdirinya tanaman.
FAO menetapkan analisa tanah untuk mengetahui kesuburan tanah berdasarkan ketebalan lapisan Solum (A+B). Di daerah tropis yang umumnya memiliki jenis tanah Ultisol, ketebalan solumnya maksimal 60 cm sehingga analisa tanah berkisar pada A (0-30 cm) dan B (30-60 cm). selengkapnya lapisan solum bisa meliputi Ah, E, B1, B2 dan B3.
B.BAHAN ORGANIK:
Bagi tanah jenis Ultisol, keberadaan bahan organik adalah suatu kemutlakan agar tanah ini dapat digunakan. Fungsi bahan organik dapat dirinci:
1. Sebagai pengikat butiran tanah menjadi agregat tanah sehingga tanah lebih porous (sarang). Kondisi ini menguntungkan karena tanah bisa menyebabkan sirkulasi oksigen secara lancar dan tertampung dalam pori tanah dalam jumlah yang lebih besar.
2. Humus berfungsi sebagai pengikat air dengan KTK yang lebih tinggi (150-250 me/ 100 gr) tanah.
3. Humus meningkatkan KTK tanah.
4. Humus menyebabkan tanah mampu menahan gaya-gaya yang datang.
5. Humus juga berfungsi sebagai sumber hara.
Catatan :Tanah Podzolik memiliki KTK 4-6 me/ 100 gr tanah; pada HTI, KTKnya akan lebih kecil dan ini terjadi karena adanya stagnasi humifikasi. Humifikasi akan berjalan dengan baik oleh Mikroorganisma bila dipenuhi faktor pembatas humifikasi seperti Temperatur, Kelembaban relative, ph tanah dan porositasnya. Produksi bahan organic di lantai hutan alam bisa mencapai 7-12 ton per hektar pertahun. Mengapa di hutan kita tidak melihat ketebalan bahan organic yang tebal. Hal ini disebabkan karena proses humifikasi yang diikuti oleh mineralisasi berjalan dengan terus menerus di lantai hutan sehingga menguraikan Bahan organic menjadi Bahan anorganik (hara).
C.AIR TANAH (H2O)
Air berfungsi sebagai pelarut hara sehingga dapat diserap oleh tanaman dalam bentu ion (ionik). Bila air melebihi kapasitas maka tanaman tidak bisa berespirasi busukmati (mudah diserang penyakit). Air sebagai bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis berasal dari dalam tanah yang diserap bersama Karbondioksida untuk membentuk bahan organic (tubuh tanaman seperti Batang, Cabang, ranting, daun dan kulit serta buah/ biji).
D.UDARA (GAS CO2 dan O2)
O2 (Oksigen) diperlukan untuk respirasi tanaman :
1. Respirasi tajukmenggunakan Karbondioksida (CO2) dan menghasilkan Oksigen (O2).
2. Respirasi pada akar akan menggunakan Oksigen (O2).
Catatan: Aerasi jelek maka CO2 memenuhi pori tanah sehingga pertukaran O2 dan CO2 gagal. pH air hujan netral adalah 5-6. Hujan asam < 5 (pollutan dari industri dan gas-gas).
Tanah Gambut tidak akan dapat digunakan untuk tanaman karena pertukaran gas untuk humifikasi oleh Mikroorganisme tidak dipenuhi dan system aerasi yang tidak ada. O2 disupply tanah melalui pori tanah sehingga bisa mempertukarkan gas (udara). Pori yang baik untuk pertukaran udara adalah pori meso. Pori berfungsi sebagai penyimpan air dan mengedarkan air dalam tanah. Pada tanah berdasarkan Horizonnya maka tanah bagian atas akan memiliki kerapatan jenis yang lebih tinggi karena memiliki lebih banyak humus yang bersifat koloidal. Koloidal memiliki luas permukaan yang lebih luas dibandingkan partikel tanah lainnya. Humus mengikat agregat tanah sehingga memberikan titik singgung yang mampu menyimpan air dan melalukan udara dengan kapasitas besar.
II. SIKLUS HARA PADA EKOSISTEM HUTAN
Peredaran hara (Siklus hara) dalam ekosistem hutan berhubungan dengan penyimpanan dan penyebaran mineral. Penyimpanan hara pada biomassa pohon, tanah, aliran hidrologi, serta pengembalian melalui jatuhan serasah.
Unsur hara bersumber dari bahan induk (mineral). Selain itu juga dari Partikel debu ini diserap oleh vegetasi hutan dan pada saat angin/ hujan, partikel ini terangkut/ tercucui ke permukaan tanah. Hara yang bisa dikandung oleh debu adalah K, Mg dan Ca (Attiwil, 1975).
Hara tersebut digunakan oleh tanaman untuk membentuk biomassa hidup untuk pertumbuhan dan produksi buah dan lain-lain. Selanjutnya bahan organik yang telah melewati periode fisiologis akan kehilangan daya hidup dan jatuh ke lantai hutan dalam bentuk serasah. Proses mineralisasi akan dimulai dimana hara yang berasal dari mineral dirubah dalam bentuk hara siap serap lalu diserap kembali oleh tanaman jika tidak terlindi atau tereksport oleh Run Off (aliran hidrologi).
Dengan pemeriksaan hara-hara yang terlibat pada proses siklus tersebut maka dapat disusun Neraca Hara. Bila ekosistem hutan menerima in put yang kecil dari air hujan maka tekanan penggunaan hara akan memusat kepada hara yang tersedia dalam tanah. Pada tanah yang haranya miskin, penyediaan haranya (bentuk kationik) menjadi sangat serius (Ruchiyat, 1987).
Kegiatan eksploitasi mengangkut hara yang berlebihan dan apabila sangat berlebihan dan dengan rotasi pendek maka kehilangan hara akan bertambah melalui erosi, pencucian dan dalam bentuk gas. In put hara alami (fiksasi N oleh Leguminose dan Kilat), mempertahankan limbah pemanenan pada tanah, pengelolaan pH tanah optimum dan penggunaan supplement hara (pupuk) sebagai hasil uji coba kebutuhan hara merupakan tindakan yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan hara tanah/ lahan.
Neraca hara memberikan kebijakan implementatif dalam pembangunan hutan tanaman industri. Mempelajari karakter tanah hutan akan memberikan kemudahan dalam pengelolaan nutrisi/ hara tanah. Karakter tanah hutan yang penting diketahui antara lain adalah:
1).Adanya Iklim Mikro dalam ekosistem hutan; meliputi:
a).Fluktuasi temperature di dalam hutan adalah kecil.
b).Fluktuasi temperature di luar hutan adalah besar.
c).Habitat yang sesuai untuk mikroorganisme pengurai secara spesifik.
2).Adanya Mikroorganisma pengurai bahan organik di lantai hutan.
a).Mikroorganisma yang hidup di lantai hutan spesifik.
b).Konversi hutan menyebabkan penurunan jumlah populasi dan jenis mikroorganisma.
3).Adanya Siklus Hara antara system tanah dan sistem vegetasi.
a).Terjadi pemupukan sendiri (self fertility) dimana kandungan hara yang berbeda pada materi organic jatuhan dari jenis vegetasi yang berbeda akan mensuplay hara yang berbeda sehingga terjadi saling melengkapi kekurangan hara.
4).Adanya pelindian (pemiskinan) hara yang bersifat basa.
a).Pelindian terjadi pada proses Humifikasi dan Mineralisasi.
b).Hasil Humifikasi terangkut ke bagian yang lebih dalam.
Seseorang boleh dikatakan Manager bila telah mampu:
1. Memahami sifat-sifat tanah dan lahan yang akan dikelola.
2. Mendayagunakan potensi tanah secara tepat.
3. Mengadakan peramalan tentang perubahan sifat tanah yang mungkin terjadi sehubungan dengan pendayagunaan tanah.
4. Melakukan tindakan agar produktivitas tanah tetap terpelihara.
Untuk melaksanakan ini dilakukan dengan cara Evaluasi Kapabilitas dan kesesuaian lahan.
Kapabilitas lahan adalah potensi tanah/ lahan yang dihubungkan dengan aspek iklim, tanah, sosial, ekonomi, budaya dan aksesibilitasnya. Contoh tanah yang kedalaman solumnya tipis tidak direkomendasikan untuk tanaman keras melainkan untuk pakan ternak (rumput). Sifat tanah bisa berubah setiap saat karena proses dekomposisi dan mineralisasi berlangsung tanpa henti. Peramalan lahan berarti mampu menentukan apa yang akan terjadi dengan tanah menyangkut potensi hara tanah, pengangkutan pada biomassa, erosi akibat run off dan pelindian.
Ada sifat tanah yang bersifat permanent dimana tidak dapat dimodifikasi oleh campur tangan manusia seperti tekstur dan ketebalan solum. Kedua sifat ini merupakan parameter yang digunakan untuk membatasi evaluasi kapabilitas dan kesesuaian lahan.
CONTOH KASUS PENGUKURAN NERACA HARA
1.BIOMASSA MENURUT KONPONEN TANAMAN.
(Ton/ Ha/ Tahun)
Umur (thn) Strata Batang Cabang & Ranting Daun Kulit Total
1 1 1,58 1,76 0,76 0,30 4,41
2 2,42 1,43 0,84 0,37 5,06
3 3,94 0,87 1,38 0,53 6,72
Jumlah **7,94 $$4,06 ##2,98 @@1,20 16,19
4 1 9,50 1,97 0,81 1,88 14,20
2 19,22 14,09 2,03 2,97 38,52
3 18,39 11,54 2,59 2,66 35,17
Jumlah **47,11 $$27,60 @@5,46 ##7,51 87,69
6 1 5,26 1,31 0,52 1,06 8,16
2 12,80 4,34 0,60 2,42 20,17
3 6,96 4,86 0,65 1,11 13,58
Jumlah **25,03 $$10,51 @@1,78 ##4,59 41,90
9 1 12,93 9,51 1,09 2,02 25,56
2 22,23 8,55 1,27 4,43 36,49
3 22,24 17,49 0,77 3,16 43,65
Jumlah **57,41 $$35,55 @@3,13 ##9,63 105,65
11 1 8,70 5,36 0,33 1,61 16,00
2 32,41 21,01 1,27 4,90 59,59
3 24,22 17,46 1,26 3,19 46,03
Jumlah **65,22 $$43,84 @@2,86 ##9,70 121,61
Catatan: Pada tahap awal pertumbuhan maka biomassa terbesar terurut dari Batang, Cabang & ranting, Daun dan kulit. Pada umur yang lebih tua berubah menjadi Batang, Cabang & ranting, Kulit dan daun.
2.KANDUNGAN HARA DALAM POHON SAMPEL.
(Kg/ Ha/ Thn)
Konponen Umur N P K Ca Mg
1.Batang 1 0,20 @0,02 0,14 0,10 #0,36
4 0,27 @0,02 0,07 0,09 #0,27
6 0,17 @0,02 0,07 0,08 #0,29
9 0,27 @0,04 0,07 0,13 #0,28
11 0,13 @0,02 0,10 0,06 #0,19
2.Cabang 1 0,25 @0,02 0,54 0,13 #0,64
4 0,30 @0,02 #0,55 0,12 0,46
6 0,32 @0,02 0,70 0,10 #0,72
9 0,36 @0,02 #0,63 0,13 0,58
11 0,27 @0,02 #0,67 0,10 0,39
3.Daun 1 #2,36 @0,06 0,92 0,19 0,89
4 #1,22 @0,05 0,84 0,19 0,77
6 #1,20 @0,05 0,92 0,19 0,84
9 #1,11 @0,05 0,93 0,20 0,79
11 #1,09 @0,03 0,92 0,20 0,61
4.Kulit 1 0,92 @0,05 #0,95 0,19 0,89
4 0,58 @0,03 #0,96 0,21 0,77
6 0,65 @0,03 #0,96 0,18 0,84
9 0,71 @0,03 #0,96 0,19 0,79
11 0,39 @0,03 #0,97 0,19 0,61
Catatan: N dominant pada daun; P selalu dalam Konsentrasi terendah dan nisbi tetap terdapat pada bagian apapun; Mg dominant pada kulit; K bervariasi pada Cabang dan kulit dan Ca nisbi terkecil kedua pada seluruh bagian tumbuhan.
3.KANDUNGAN HARA PADA TEGAKAN JATI
(Kg/ Ha/ Thn)
Konponen Umur Batang Cabang Daun Kulit Total
N 1 15,58 10,25 #71,22 0,01 97,06
4 #131,97 70,70 65,22 0,04 267,93
6 #41,12 37,16 21,24 0,03 99,55
9 #158,14 122,23 34,69 0,07 315,13
11 86,36 #106,90 29,96 0,04 223,27
P 1 1,98 0,81 #1,99 0,58 15,45
4 #11,34 5,52 2,56 2,25 9,30
6 #5,01 2,10 1,84 1,38 0,98
9 #18,88 7,96 1,69 3,33 2,91
11 #15,45 9,30 0,98 2,91 28,65
K 1 #10,67 21,67 27,98 11,46 71,27
4 30,42 #159,48 43,93 72,14 305,97
6 16,28 #70,01 16,30 44,28 146,86
9 34,96 #219,49 28,99 92,91 376,35
11 78,53 #292,87 26,60 93,95 491,96
Ca 1 #8,56 5,10 5,70 2,32 21,59
4 #44,32 34,53 10,63 15,96 105,45
6 #19,44 11,10 3,39 8,12 42,05
9 #72,77 45,45 6,33 18,86 143,41
11 40,79 #43,16 5,84 17,97 107,76
Mg 1 #30,57 25,59 18,75 10,67 85,58
4 #124,84 121,05 10,63 57,23 344,87
6 70,54 #72,79 3,39 39,15 197,90
9 160,74 #188,08 6,33 76,61 451,79
11 120,00 #153,77 5,84 56,87 350,68
4.DISTRIBUSI HARA DALAM TANAH DAN TEGAKAN
(Kg/ Ha/ Thn)
Hara Umur/
Konponen 1 4 6 9 11 rataan (%)
N Tanah 12.672 6.720 10.641 13.083 8.679 10359
Tegakan 97 268 100 315 223 201 0,2
P Tanah 59 304 331 446 237 275
Tegakan 5 22 9 32 29 19 6,9
K Tanah 220 338 1.060 1.850 611 826
Tegakan 71 306 147 376 492 278 33,7
Ca Tanah 4.063 2.489 11.423 14.252 12.164 8878
Tegakan 22 106 42 143 108 85 1,0
Mg Tanah 785 749 820 781 1.344 896
Tegakan 86 345 198 452 351 286 31,9
5.KEPERLUAN HARA TANAH MENURUT UMUR TANAMAN.
Hara Umur/
Konponen 1 4 6 9 11
N Keperluan 1.844,20 1.071,72 232,28 385,16 182,67
HaraTanah 10.827,80 5.648,28 10.408,72 12.697,84 8.496,33
P Keperluan 101,83 86,81 21,74 38,95 23,44
HaraTanah -42,43 217,39 309,68 406,56 213,26
K Keperluan 1.354,17 1.222,42 342,68 459,99 402,54
HaraTanah -1.134,58 -886,92 716,84 1.309,31 -208,48
Ca Keperluan 410,27 422,08 98,12 175,28 88,17
HaraTanah 3.652,77 2.067,21 11.324,56 14.077,04 12.075,96
Mg Keperluan 1.626,11 1.381,33 461,77 552,12 286,96
HaraTanah -841,04 -631,89 -358,46 -229,33 1.057,33
Catatan: Defisit P pada Umur 1 tahun 59,40; Defisit K pada Umur 1, 4, 11 berturut-turut adalah 219,59; 335,50 dan 194,06 kg/ ha/ thn. Defisit Mg pada umur 1, 4, 6, dan 9 berturut-turut adalah 785,07; 749,44; 103,31; dan 322,79 kg/ ha/ thn. Sementara Ca tidak pernah deficit hara sepanjang daur.
6.DEFISIENSI HARA YANG HARUS DITUTUPI OLEH PUPUK.
Umur (thn) Defisiensi Hara Jenis Pupuk Dosis (Kg/ha/thn)
1 P SP36
TSP 10,09
7,90
1
4
11
1
4
11 K KCl
ZK(K2SO4) 95,96
99,68
94,28
99,96
103,84
98,21
1
4
11
1
4
6
9
1
4
6
9 Mg K2SO4.2MgSO4
MgCl2.6H2O 208,62
216,70
204,95
272,82
299,60
287,44
275,53
259,18
284,62
273,07
261,76
Konsumsi hara: Mg= 57,37 kg/ ha/ thn ; K = 51,76 kg/ ha/ Thn ; N = 47,19 kg/ ha/ Thn ; Ca = 16,14 kg/ ha/ Thn dan P = 3,70 kg/ ha/ Thn. Bila rotasi HTI Jati= 20 tahun maka Hara N, P dan Ca masih tersedia untuk rotasi ke II tetapi K deficit secara cepat.
7.PERBANDINGAN KONSUMSI HARA 4 JENIS TANAMAN.
Jenis/ Hara N P K Ca Mg
Jati 47,19±30,62 3,70±1,52 51,76±19,42 16,14±7,18 57,37±24,18
Leda 15,82±2,89 - 26,73±2,10 22,03±3,55 4,05±4,05
Sengon 33,45±9,44 - 34,71±11,96 45,33±0,14 3,51±1,47
Sungkai 37,15±16,90 13,29±3,74 116,93±52,83 10,48±3,25 10,65±1,78
Kapabilitas lahan diartikan sebagai potensi daya dukung lahan untuk menopang penggunaan lahan. Kesesuaian lahan adalah kecocokan penggunaan lahan dalam pengembangan komiditi tertentu misalnya untuk Agronomi, kehutanan, sawah, ekoturisme, dan lain-lain.
Tanah adalah media pertumbuhan tumbuhan di kulit bumi (Lithosfer) yang tersusun oleh mineral, bahan organic, air, dan udara. Lahan adalah bentang alam yang terdiri dari konponen-konponen geofisik yang mencakup tanah, iklim, vegetasi, sosial ekonomi dan budaya.
“HasilMaksimal, Tidakmengganggu” lahan yang dibudidayakan.
KTK adalah kemampuan tanah untuk menyerap dan mempertukarkan ion dalam satuan berat tertetu (me/100 gr)tanah.
Selasa, 01 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar